Epilog

77 13 12
                                    

Insya menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.
Hari ini ia sukses menjadi abituren santri Al-Amanah.
Sebelum mengemasi semua barangnya ke mobil jemputan bapaknya ia sempatkan diri menengok makam sahabatnya.
Diwan Al-mahbub.

Tes...
Air matanya mulai berjatuhan.
Ia usap kembali.
Tes..
Jatuh lagi dan seterusnya begitu.

"Kau jahat tahu nggak?, Kenapa sih kamu tuh pergi ninggalin aku?.ketika semua sudah terbongkar ternyata Dicky itu kamu, ternyata yang biayai sppku dulu kamu, ternyata yang bantuin aku waktu tertakzir kamu, KENAPA BARU TERBONGKAR SAAT KAMU TAK BISA LAGI KUPUKUL??."

Insya menanggis sesenggukan lalu menaburkan Bunga diatas gundukan tanah bernisan DIWAN AL MAHBUB BIN KH. MAHBUB ASSYADILLY.

Bahkan sejauh ini ia bersikap beruntal ke dia, insya baru sadar Diwan salah satu keturunan yai terhebat dipondoknya.

Gadis itu mengecup nisan Diwan.
"Aku tahu tadz, engkau disana pasti sudah bahagia..jauh lebih bahagia daripada di dunia."ucapnya lirih lantas kembali menangis, rapuh dan lemas.
Entahlah semenjak kepergian Diwan ia tiba-tiba menjadi penakut, sering murung dan semangat hidupnya berkurang.

Huft.
Insya mengusap lembut Nisan Diwan.
"Aku gak tahu lagi tadz harus seperti apa arah tujuan hidupku."

Disaat Insya tertunduk di penyangga Nisan tiba-tiba gus Hasan keluar dari tempat persembunyiannya.
Sebenarnya sejam sebelum Insya datang dia sudah di makam sepupunya itu.
Dan melihat kedatangan Insya ia langsung sembunyi.

Gus Hasan jongkok di seberang Insya duduk.
Matanya berair.
Ia juga sedih atas meninggalnya sepupunya itu.
Hari-harinya tak lagi seceria dulu.
Terlebih semenjak Insya yang masih menggantungkan jawaban.
Antara tidaknya ia segera meminangnya.
Dan untuk menanyakan kembali ia takut karena Insya yang sekarang sangat beda dengan yang dulu.

Insya yang penakut dengan laki-laki.

"Asalamualaikum mbak Insya.." sapanya mencoba mengetes barangkali insya sudah kembali seperti dulu.
Namun nyatanya??.
Setelah mendengar suaranya gadis itu segera bergegas pergi.
Bahkan sangking terburu-burunya ia lupa buku diary yang ia bawa ketinggalan.

Gus Hasan ingin mengejar tapi nihil mobil yang membawa Insya sudah melaju cepat meninggalkan pondok BAHRUL ULUM.

Dilihatnya sampul diary warna ungu ditangannya.
Ada rasa penasaran ingin membukanya tapi ada juga rasa tidak berhak untuk melakukan hal itu.
Hmm..
Gus Hasan memutuskan untuk menyimpannya ya.. barangkali bisa bertemu dengan Insya ia akan memberikannya.

Mata tajam gus Hasan tiba-tiba kembali berair.
Ia rindu cerewetnya gadis itu.
Ia rindu insya yang berani dengan masalah.
Ia rindu sosok periang di hidupnya.
Ia rindu INSYA YANG DULU.

Ada apa denganmu in??.
Kenapa engkau serapuh ini sekarang?.
Apa ini jawaban dari semua, tanggapan respon dari bentuk kehilangan Diwan.
Bentuk kau mencintainya.

Gus Hasan melemas.
Di dekapnya diary Insya erat.
Tolong jangan seperti ini in...



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dipersimpangan Ayat 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang