Everlasting Love

44 5 6
                                    


"Tolong mainkan lagu itu dengan biolamu, Jaehyun."

"Aku ingin tetap menyantap sup wortel buatanmu, Jae.."

"Padang rumput ini, kuanggap sebagai tempat rahasia kita."



Sudah kesekian kali Jaehyun menangkap bagian dari hidup mudanya, menghela nafas dan melihat sekeliling rumah yang hanya sepetak di dusun yang cukup jauh dari 'kegilaan kota'.

Kaki dengan urat yang mencuat pada permukaan kulit yang mulai tua ini, mungkin bisa dianggap sebagai bukti dari hasil 'kebiasaan' yang dilakukan sejak lama.

Merenggangkan seluruh tubuh ringkih. Mulai menyalakan api untuk memasak sup wortel, memasukkannya ke dalam termos kecil dan terlihat dengan jelas betapa usangnya benda itu.

 Mulai menyalakan api untuk memasak sup wortel, memasukkannya ke dalam termos kecil dan terlihat dengan jelas betapa usangnya benda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan khawatir, dia bukan orang yang lupa untuk melakukan kegiatan umumnya. Mencuci sawi yang hanya empat hingga lima ikat, menyapu rumah yang tetap akan memberi debu, hingga mencabuti rumput liar disekitar pohon mawar merah kesayangan sang istri.

"Kurasa sudah semuanya, apa lagi yang kurang?"

Tanya Jaehyun pada cermin yang cukup memperlihatkan kerutan di sekitar matanya.

"Kurasa, sebaiknya aku mulai memeriksa nada pada biolaku."

Dengan perlahan Jaehyun berjalan ke pojok ruangan dekat dengan tempat tidur. Duduk pada Kasur yang cukup keras untuk membuat linu setiap sendi tuanya, yang anehnya tidak dia buang untuk diganti dengan yang baru.

Mana mungkin Jaehyun membuang Kasur yang jelas memberi banyak kenangan, tempat mereka saling memberi kehangatan hingga tempat memberi rasa peduli di saat salah satu dari mereka sakit.

"Kurasa sudah semuanya, waktunya untukku pergi."

Jaehyun mulai memakai jaket tipisnya, membawa termos berisi sup wortel, tidak lupa dengan biola yang sudah distem.

Mengunci pintu dan berjalan melewati jalan yang berkelok-kelok, yang tentu saja medannya tak rata.


"Kau ini, kenapa ingin tetap di sini? Apa tak ingin mencoba hidup di kota?"

Pria cantik yang membelakangi Jaehyun perlahan diam dan memeluk tubuhnya.

"Kalau begitu, kenapa kau mencintaiku?"

Jaehyun tercekat, dengan pertanyaan Taeyong. Untuk apa bertanya akan sesuatu yang tak perlu diberi jawaban?

"Astaga Taeyong, kau selalu tahu apa jawabannya."

"Bukan itu yang aku ingin dengar, bodoh."

Dengan gemas Taeyong mencubit pinggang Jaehyun, meskipun tidak ada rasa sakit di setiap cubitannya.

"Jika aku tidak mencintaimu, untuk apa aku menikahimu, sayangku." Kata Jaehyun sambil mengelus pipi Taeyong yang begitu mulus.

Everlasting Love || JaeYongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang