ingin berhenti

4.9K 574 39
                                    

(Trigger warning)

***

"Sekarang Gege yang jaga ya" ujar Haechan semangat

"Tadi kan udah Gege!"

"Yaudah mas aja" ujar Haechan

Jeno hanya mengangguk saja, Haechan memang sering di panggil adek tapi paling sering menyuruh yang lebih tua beberapa menit darinya

Jeno berjalan kearah dinding lalu melipat tangannya dan menempelkan wajahnya

"Hitung sampe 17 ya" ujar jaemin

"Kenapa mesti 17?" Tanya Renjun

"Gatau" ujar jaemin polos

"Mas hitung yaaa" ujar Jeno

"Satu..."

Ketiganya langsung berlari ribut ingin bersembunyi dimana

"Dua"

"Dimana dimana dimana?" Tanya Haechan

Tiba tiba suara tak asing bagi mereka terdengar, itu suara gerbang rumah yang terbuka

Renjun membelalakkan matanya lalu segera menatap ketiga saudaranya

"Ayah pulang!" Ujar Jaemin panik

Renjun buru buru menarik jaemin dan Haechan masuk ke kamar

"Gege Gege gamau! Gege" rengek Haechan dan jaemin

Jeno yang tak sadar akan kepulangan sang ayah pun hanya menatap sekitarnya bingung sampai akhirnya badannya di tarik paksa masuk kedalam kamar yang sama dengan jaemin dan Jeno

"Dengerin Gege, kalo kalian gamau Gege dipukulin sama ayah lebih lama kalian harus diem di dalam sini!"

"Gamau Gege" rengek jaemin mulai menangis

"Kita sembunyi bareng bareng aja" ujar Jeno sambil menggenggam tangan Renjun

"Sstt! Mas jagain Jaemin sama Haechan! Jangan sampe ada yang bersuara!" ujar Renjun sambil mengunci pintu kamar mereka

"Gege! Gege! Gege gamau! Mpphhh!" Haechan dan jaemin bergerak heboh di dalam saat mulut mereka di bekap oleh Jeno

Mata Jeno berkaca kaca saat melihat kedua saudaranya menangis

Petir di luar rumah membuat suasana semakin seram

"Mas... Aa takut" lirih jaemin sambil memeluk Jeno

"Kita diem dulu ya, kasihan Gege" bisik Jeno

"AGHHH"

"Gege" lirih Haechan

Diluar Sana Renjun sedang berjuang mati matian memasukkan kunci kamar tersebut kedalam kantongnya dengan kepalanya yang sudah terasa berputar

Ia tidak bisa melihat jelas siapa yang memukul kepalanya dengan balok

Padahal ayahnya dulu tidak seperti ini, hanya memukul dan menendang Renjun, tak pernah sampai memakai benda menyeramkan itu

Renjun meringis saat siluet berhodie hitam itu menarik bajunya kasar membuatnya berlutut di hadapannya

Plak

Badan Renjun terlempar ke lantai saat tamparan keras mendarat di pipinya

Matanya mengerjap pelan, ia mencoba menerapkan Pandangannya yang berbayang

brother - 2 (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang