Persimpangan rasa

18 1 1
                                    

Namanya Rian, cinta pertamaku. Kami bertemu saat kegiatan orientasi siswa saat masuk SMA, tepatnya 5 tahun yang lalu, sungguh klise sekali bukan?

***

Sebelumnya tidak pernah terlintas olehku akan menghabiskan masa putih abu bersamanya, semua berjalan begitu saja. Tahun demi tahun kami habiskan bersama, yah..walaupun sempat mengalami putus nyambung.

Semua berjalan baik-baik saja sampai saat ujian masuk perguruan tinggi ...

Rian : Ca,aku berhasil masuk jurusan impianku. Bagaimana denganmu?
Caca : Wah,aku sangat bangga denganmu yan, semoga kelak kau benar-benar menjadi ahli syaraf seperti cita-citamu. Mmm...Aku tidak lolos Rian.
Rian : Tidak apa, masih banyak ujian masuk selanjutnya (sambil menggenggam tanganku erat)
Caca : Tidak Rian, sepertinya aku akan mengambil undanganku kemarin, aku sudah sepakat dengan orangtuaku.

Kami akhirnya berpisah di kampus yang berbeda walaupun masih berada dalam satu wilayah. Karena kesibukan masing-masing, intensitas bertemu dengan Rian sangatlah sulit, jangankan untuk bertemu...waktu untuk mengobrol kami baik melalui telfon maupun chat juga berkurang

Aku sangat merindukanya,sungguh amat sangat merindukanya...

***

Hingga suatu hari dia menghubungiku..
Rian : Bagaimana kabarmu Ca, aku harap kamu memaklumi kesibukanku, maafkan aku
Caca : Baik, bagaimana denganmu? Apakah semua berjalan lancar?
Rian : Ya, semua berjalan lancar. Setelah ini aku ada praktikum di lab,aku pamit ya.
Caca : Semoga lancar dan mendapatkan hasil yang baik

Apakah kau tahu? Aku sangat senang sekali Rian menghubungiku, jika kalian bertanya mengapa aku tidak menghubunginya terlebih dahulu? Ayolah kawan, aku sudah sering melakukanya namun tidak juga dibalas olehnya..Aku merasa hari ini merupahan hari paling bahagia untukku sampai aku melihat status sosial media temanku, disana ada sosok yang sangat aku rindukan, Rian.

Oh tuhan, bagaimana bisa?? baru saja ia meminta izin kepadaku untuk pergi praktikum...bagaimana bisa dia ada disana dan duduk sambil tertawa bahagia bersama teman-temanya??!!

Lantas bagaimana bisa dia berada disana?

Bagaimana dia bisa meluangkan waktu untuk teman-temanya sedangkan untuk bertemu denganku saja begitu sulit?

Bagaimana bisa dia...argghhh sudahlah, aku putuskan untuk mematikan handphoneku saja.

Sungguh sangat perih rasanya, ingin sekali aku berada disana menggantikan posisi teman-temanya..

Ini tidak egois bukan?

Cukup! aku tidak boleh seperti ini..

Sakit.

***

Keesokan harinya Rian menghubungiku..
Rian : pagi ca, kamu marah kepadaku ya? Tumben kau tidak mengirim pesan untukku
Caca : Marah kenapa? Apakah ada yang ingin kau sampaikan?
Rian : Maaf sebenarnya kemarin temanku pulang dari perantauan, jadi aku menemuinya
Caca : Bahkan aku belum bertanya Rian, apa maksutmu? Apakah aku harus berada di tempat yang jauh dahulu supaya kamu ada waktu untuk menemuiku? Bahkan pesanku saja sering tidak kau buka
Rian : Maafkan aku Ca, aku tidak bermaksud seperti itu, untuk minggu ini aku tidak bisa karena banyak laporan menumpuk, bagaimana jika minggu depan?
Caca : Aku minggu depan sibuk, maaf.
Rian : Aku sedang perjalan menuju rumahmu, ayo kita keluar sebentar

Diperjalanan, tidak ada percakapan antara kami, seakan hanya raga kita saja yang bersama..pikiranya? entah berada dimana.

Caca : mau kemana yan?
Rian : Tidak tahu, kau ingin kemana?
Caca : Aku tidak ingin kemanapun, sungguh

MelepasmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang