Sang Pengirim

14 3 0
                                    

Osamu kembali lagi pada hari yang dingin di keesokan harinya. Bunga yang dikirim kemarin seharusnya membuatnya biasa saja. Seharusnya tak membuatnya terkejut seperti sekarang. Ia kembali menemukan setangkai bunga mawar kuning dan sepucuk surat. Ia memasukkan surat itu kedalam saku jaketnya lalu memasukkan setangkai bunga mawar kuning itu ke dalam vas bunga. Ia tak begitu penasaran dengan isi suratnya. Ia mengira bahwa isi surat itu akan sama saja dengan surat kemarin. Jadi, ia merasa tak begitu penting dan mulai melakukan aktivitas seperti biasanya.

Namun, semua pemikiran itu salah ketika ia kembali ke rumahnya dan tak sengaja menjatuhkan surat itu dari kantung jaketnya. Isi surat itu tidak seperti biasanya dan membuatnya sedikit merinding ketakutan.

Sepertinya kau bersenang-senang dengan hidupmu ya, Miya Atsumu. Bagaimana kau bisa begitu menikmati hidupmu setelah kau membuat hidup seseorang berakhir?

Kau tidak bisa lari dari dosamu, Miya Atsumu.

Osamu menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur. Tangannya menggenggam erat surat tersebut. Sorot matanya masih terlihat shock. Ia menelan salivanya dengan kasar.
"Tsumu, apa yang kau lakukan?" Osamu bertanya kepada angin. Meskipun mereka saudara kembar, Osamu merasa masih ada hal yang tidak ia ketahui tentang Atsumu. Namun, ada satu hal yang pasti ia telah ketahui bunga yang selama ini dikirim oleh seseorang bukanlah untuknya melainkan untuk kembarannya. Dan ia masih harus menemukan si pengirim. Satu hal yang pasti, pengirim ini seorang perempuan. Osamu meraih ponselnya yang tergeletak tak jauh darinya dan menelepon seseorang.

"Suna?" tanya Osamu saat telepon tersambung dengan pemiliknya. Terdengar gumaman tidak jelas dari seberang sana. Sangat bisa di tebak bahwa si pemilik baru saja terbangun dari tidurnya. Beruntung ponselnya tidak di senyapkan oleh si pemilik.
"Pengirimnya perempuan" ucap Osamu
"Bukankah itu sudah jelas" ucap Suna dengan suara setengah mengantuknya.
Osamu membenarkan pernyataan Suna. Matanya terlihat sangat serius saat ini.
"Dan bunga ini di maksudkan untuk Tsumu. Si pengirim baru saja menuliskan suratnya" ucap Osamu
"Jadi, masih ada orang yang belum tahu" ucap Suna. Nada bicaranya berubah seketika. Tidak terdengar malas ataupun mengantuk seperti sebelumnya. Matanya sudah terbuka sempurna sepertinya. Osamu mengiyakan ucapan Suna.

"Osamu..." panggil Suna setelah mereka saling terdiam untuk beberapa saat. Osamu menyahut.
"Apa kau pernah mencari arti dari bunga mawar kuning?" tanya Suna.
"Tidak"
"Aku tanpa sengaja menemukan artikel tentang hanakotoba, ku pikir ini sangat membantumu" ucap Suna
"Ya, katakan"
"Sebelum itu ada yang ingin ku tanyakan" ucap Suna. Osamu terdiam, menunggu hal yang ingin Suna tanyakan kepadanya.
"Sebelum Atsumu pergi apa dia mengatakan sesuatu? Seperti tentang kekasihnya atau teman-temannya?" tanya Suna. Osamu terdiam. Mencoba mengingat-ingat hal yang di katakan Atsumu padanya terakhir kali.
"MSBY? Sepertinya tidak ada. Inarizaki juga. Kekasih... ah!" ucap Osamu. Sepertinya ia mulai mengingat sesuatu tentang hal yang di katakan oleh Atsumu.
"Sebelum ia pergi, ia mengatakan bahwa kekasihnya bunuh diri" ucap Osamu. Suaranya terdengar begitu kesakitan saat mengatakan hal itu. Wajar saja. Mereka adalah anak kembar dan anak kembar sering kali di sebut jika mereka satu jiwa. Jadi, jika salah satu dari mereka merasa sakit maka yang satu lagi akan ikut merasakan. Begitupun yang terjadi pada Osamu, ia bisa merasakan rasa sakit yang di rasakan Atsumu.
"Aku ingin bertemu dengan pengirim ini" ucap Osamu
"Ayo kita temukan cara untuk menemukan si pengirim" ucap Suna. Osamu hanya bergumam.
"Ah, arti bunga ini ialah pengkhianatan cinta"

Osamu melangkahkan kakinya menuju kuil. Bisa dibilang, ini adalah kunjungan pertama di tahun ini. Setiap tahun ia tak pernah melewatkan diri untuk pergi ke kuil dan berdoa. Ia selalu saja pergi berdoa untuk kelancaran usahanya, keluarganya, dan tentu saja untuk kembarannya. Ia terlihat membungkuk sangat dalam. Ia benar-benar memohon. Jika bukan untuk Atsumu, ia tidak akan melakukan hal itu.

"Miya!" ucap seseorang. Osamu menoleh. Sudah lama sekali tidak ada yang memanggilnya dengan sebutan itu dan sekarang adalah yang pertama kalinya lagi ada seseorang yang memanggilnya dengan marganya.
"Iya? Kau siapa?" tanya Osamu saat menemukan seorang gadis yang lebih pendek darinya.
"Kau sangat bersenang-senang dengan hidupmu ya, Miya Atsumu" ucap gadis itu. Osamu tersentak. Itu adalah kata-kata yang ditulis di surat yang di peruntukkan untuk Atsumu.
"Kau pengirim bunga itu?" tanya Osamu. Gadis itu menatap tajam ke arah Osamu.
"Kau benar-benar menyedihkan. Kau bahkan tak pernah mengunjungi kakakku ataupun membalas bunga itu" ucap gadis itu. Osamu terdiam. Akhirnya hal yang selama ini ia pertanyakan terjawab sudah. Si pengirim menunjukkan wujudnya di hadapan Osamu. Ia bahkan tak perlu mencarinya jauh-jauh.
"Aku bukan Atsumu" ucap Osamu. Gadis itu menatap kesal ke arah Osamu. Osamu sendiri masih setia dengan wajah datarnya.
"Kau mau membohongiku dengan wajah seperti itu? Lalu kau mau mengatakan bahwa kau kembar-"
"Kami memang kembar" potong Osamu. Gadis itu menghela nafas kasar. Ia terlihat sangat kesal. Namun, jauh dari kekesalan itu matanya menyiratkan kesedihan dan luka yang sangat dalam dan Osamu mengerti seperti apa perasaan itu karena Osamu juga merasakan hal itu. Perasaan yang tak dapat ia hilangkan hingga saat ini.
"Kalau begitu dia ada dimana? Jangan bilang, karena kau kembarannya kau menyembunyikannya"
"Kau tidak bisa menemuinya"
"Jadi, kau benar-benar menyembunyikannya" ucap gadis itu. Osamu mengalihkan pandangannya, kemanapun asal tak memandang gadis yang ada di hadapannya ini.
"Jika bisa, aku juga ingin menyembunyikannya. Menjauhkannya dari apapun"
"Hah?! Cepat beri tahu aku dimana dia! Aku ingin bertemu dengannya sekarang!" sentak gadis itu. Osamu menggertakan giginya. Ia terlihat begitu kesal dan juga sedih saat mendengar hal itu.
"Aku juga ingin bertemu dengannya sekarang! Tapi aku tidak bisa! Baik kau, kakakmu ataupun aku tidak bisa menemui Tsumu sekarang!" suara Osamu meninggi. Gadis itu nampak terperanjat. Bahu Osamu nampak bergetar hebat. Ia nampak menahan rasa sakit dan isak tangisnya.
"Aku juga ingin bertemu dengannya sekarang. Aku ingin menghentikan dirinya saat itu. Seandainya aku tahu apa yang akan ia lakukan, kau bisa bertemu dengannya lalu kau dan aku bisa menghajarnya bersama" ucap Osamu. Gadis itu tiba-tiba saja menghapus air mata Osamu. Kakinya yang mungil nampak jinjit agar bisa meraih wajah Osamu. Osamu terdiam gadis itu tersenyum kecil lalu menyuruh Osamu untuk duduk di bangku yang ada di dekat mereka.
"Apa yang terjadi pada Atsumu?" tanya gadis itu setelah Osamu terlihat tenang.
"Tiga tahun yang lalu, malam hari di saat musim dingin dia memutuskan untuk bunuh diri dengan cara melompat dari jembatan, sebelumnya ia mengatakan bahwa kekasihnya bunuh diri dan ia perlu mendinginkan kepalanya, setelah itu ia di temukan oleh Kita san dalam keadaan sudah tidak bernyawa" jawab Osamu. Meskipun ia terlihat lumayan tenang, masih bisa dilihat dari raut wajahnya ia sangat frustasi. Kehilangan saudara kembarnya sama saja seperti kehilangan setengah dirinya dan hidupnya. Ia merasa tak berguna sebagai saudara kembarnya. Apanya yang 'satu jiwa', Osamu bahkan tidak mengetahui hal yang Atsumu pikirkan saat itu. Osamu bahkan tak mampu mengajak Atsumu untuk bicara saat hal itu terjadi. Osamu merasa gagal sebagai kembaran Atsumu.
"Itu kakakku" ucap gadis itu tiba-tiba. Osamu mengalihkan pandangannya pada gadis yang tengah duduk di sampingnya.
"Kakakku sejak dulu adalah orang yang mudah sekali terganggu dan mudah sekali depresi. Namun, saat itu masalahnya begitu besar hingga membuatnya depresi selama berhari-hari dan kekasihnya tidak ada. Kakakku bilang, Atsumu akan datang sebentar lagi lalu saat Atsumu datang, kakakku sudah tergantung di kamarnya" ucap gadis itu. Osamu mengangguk. Ia mengerti, karena setelah itu Atsumu pulang dalam keadaan berantakan dan mengatakan pada Osamu bahwa kekasihnya bunuh diri, padahal setelah Atsumu masuk ke dalam Tim Nasional, ia akan melamar kekasihnya. Namun, hal buruk menimpa keduanya. Kekasihnya bunuh diri dengan cara gantung diri karena depresi yang di deritanya dan Atsumu memilih untuk bunuh diri karena merasa gagal menjaga kekasihnya dan gagal menjadi yang terbaik untuk kekasihnya.

Mengenaskan. Itu mungkin kata yang cocok untuk menggambarakan cerita dua insan itu. Akhir yang tak pernah satu orang pun duga sebelumnya. Akhir yang tak pernah ingin dapatkan oleh keduanya. Namun, takdir berkata lain. Mereka harus mengalami akhir yang seperti itu.

"Ku mohon. Tolong maafkan Tsumu" ucap Osamu kemudian. Gadis itu menghela nafas panjang lalu menyandarkan punggungnya pada kursi dan tersenyum tipis.
ia mengangguk. "Ya, ku maafkan. Lagipula ini bukan salah siapapun. Ini adalah suratan takdir yang harus mereka jalani" ucap gadis itu. Osamu mengangguk.

Yellow RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang