Picky-plik

219 24 2
                                    

Babak baru dalam karir cemerlangku dilengkapi dengan ternganganya Nyai Setun. Kuturuni tangga dengan dagu sedikit terangkat, tak lagi pakai seragam kebesaran, melainkan kemeja dan celana panjang katun kantoran.

Kesepakatan bersama dengan geng-ku, pokoknya kalau ada yang tanya, jawab saja penyamaranku ketahuan oleh Bapak Daru yang pengamatannya setajam elang Jawa, lalu diangkat jadi staffnya Mbak Afi. Dah, titik, gak usah ditambahi kronologi apa-apa.

Mbak Boss dan Mas Boss dibuat spaneng oleh Pak Erwin. The Allfather tahu-tahu sudah memberitahu kantor pusat bahwa kami memiliki kasus. Bukti pelakunya saja belum kuat, bisa-bisa Mbak Boss langsung kena tuduh duluan. Menurut hemat mereka berdua, kejar dulu Arini dan Pak Edwin berdasarkan keterangan Nurmajid. Pastikan dulu keterlibatan mereka. Tapi Pak Erwin keukeuh lapor sekarang juga, jangan ditunda-tunda, nanti malah orang di pusat curiga. The Captain has spoken! Kerjakan!

Bukti-bukti utama kami kumpulkan, kemudian disortir oleh Pak Daru, mana yang akan ditunjukkan ke pejabat di Jakarta. Dasar yang digunakan hanya 'pea' dan keterangan dari Nurmajid yang belum pasti kebenarannya, karena belum sempat didalami, baru direkam dan dicatat. Kata Pak Erwin, seadanya saja dulu, nanti kan dijelaskan juga di sana.

Nurmajid sudah macam orang kena penyakit insomnia kronis. Matanya cekung, lingkaran gelap di sekeliling matanya sudah seimut panda. Otaknya mungkin juga sudah tinggal separo, habis dikorek-korek oleh mantan bosnya. Diinterogasinya di luar kantor. Soalnya kalau pria ceking itu kelihatan oleh Mbak Afi, bakal langsung disembur tanpa ampun, sampai gagap tak bisa ngomong. Pak Daru sih nanyanya kalem, ancamannya pun tak banyak, tapi sudah cukup bikin mental tiarap tak bangun-bangun. Mata Nurmajid berkaca-kaca, sumpah-sumpah kalau dirinya hanya dilibatkan sebagai tukang edit kwitansi dan sejenisnya. Hatiku nan lembut ini tak tega melihatnya, walaupun iya Nurmajid adalah bagian dari komplotan maling durjana.

Berbekal ketidakjelasan, Mbak Afi dan Pak Daru menyusul Pak Erwin ke Jakarta di hari yang sudah dijadwalkan oleh pejabat di sana. Tapi hanya Pak Daru sendiri yang balik ke Bandung, Mbak Boss masih diinterogasi. Aku ikutan tak nyenyak tidur, gelisah dengarkan curhatannya. Ibarat mereka disuruh perang tapi hanya dibekali senapan macet yang sudah karatan berpeluru karet. Maka, habislah mereka diberondong setengah lusin gatling gun. Satu kalimatnya Mbak Afi terawetkan di benakku: "dasar picky-plik!".

Pagi-pagi disuguhi kericuhan pasar pengkolan, Mamih versus Nyai Setun. Puciiiiing pala belbi lihatnya. Mas Ganteng minta dibuatkan kopi via telepon, padahal ruangan kami dempetan. Dah macam bininye aje nih si guwe, hampir saban pagi bikin kopi buat laki.

Pintunya ditutup rapat, tirai jendelanya juga. Kuintip lewat sela-selanya saat mengantar pesanannya, karena sang beliau tak menjawab saat kuketuk pintunya. Kupingnya disumpal earphone. Kubuka pintunya pelan-pelan, ngeri dilempar bantex, mukanya sedang tak kece.

"Barusan aku dikabari, surveynya mungkin mulai minggu depan. Mereka akan kirim orang secepatnya," katanya, tanpa berpaling dari kerjaannya. Auditor pusat akan datang untuk meninjau kantor kami, siap-siap investigasi dan diobrak-abrik.

Saat aku ke Middle Earth, percekcokan antartetangga belum juga mereda. Kemunculan Pak Daru yang menghentikannya. Kedua kubu seketika gencatan senjata, duduk manis kembali di bentengnya masing-masing. Mukanya masih senep saat turun. Carla yang menyapa dengan teramat manis dikasih side-eye, tanpa dijawab, tanpa senyum sama sekali. "Me!" Pak Boss manggil dari depan tangga. "Kasihkan ini ke Qodir," titahnya, lalu turun. Dingin amat. "Pak Boss kenapa?" Tanya Mamih waktu aku balik dari Pak Qodir.

"Rungsing keganggu suara kericuhan tadi," kataku, sengaja agak keras.

"Sok tahu! Emangnya kamu bisa baca hatinya? Siapa tau keselnya sama kamu, nempel terus kayak benalu!" Nyai Carla nyambar bagai geledek. Detik ini pula cobaan beratku dimulai, perang terbuka antara Power Ranger Pink dan Nyai Setun. Posisi kami sudah setara, sama-sama staff. Atau, mungkin aku lebih tinggi? Tapi medan laganya kali ini pun berbeda, tidak tahu apa yang akan dilakukannya padaku nanti. Bismillaah saja, kokohkan hati.

OKB (Officegirl Kurang Belaian) 2 ~ Madam OstrichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang