Part 1

16 0 0
                                    

Menjadi seorang model bukan hal yang buruk, bukan juga hal yang mudah untuk dilakukan. Persetan dengan pendapat Alen, gadis itu terpaksa harus menjalani kehidupannya saat ini.

Lantas Alen berniat menerima pekerjaannya ini yang sudah diberi oleh seorang Ahjussi yang tiba-tiba memungutnya. Ini adalah salah satu cara Alen untuk membalas budi Kim Seokjin, suaminya.

Ponsel Alen bergetar ketika gadis itu baru berniat untuk memejamkan matanya. Dirinya amat lelah setelah menjalani latihan dua hari tanpa banyak waktu untuknya istirahat. "Drttt... drttt!"

"Ah, sial. Ahjussi ini tidak membiarkanku istirahat meski seperkian detik saja." Alen mengumpat mendapati Seokjin yang tengah menelfonnya tengah malam seperti ini. Tetapi gadis itu tetap mengangkat panggilan itu.

"Ada apa?"

[Cepat kau pulang, aku lupa apa password rumah.]

"Apa kau mabuk lagi?!"

[Berisik.]

Panggilan itu diputus sepihak oleh Seokjin. Alen mendengus keras-keras, berkali-kali dirinya berserapah di dalam hati. Mengutuk Seokjin hingga sampai ke akhiratnya sebab telah menyusahkan dirinya.

Dengan berat hati, Alen mengangkat tubuhnya. Menemui manajernya untuk meminta ijin agar diperbolehkan pulang dulu.

"Kak Jiwoo, boleh aku pulang sebentar?"

"Ada apa? Suamimu lupa passwordnya lagi?"

Alen menjawab canggung merespon pertanyaan manajernya, "Ya, dia akan jadi pelupa saat mabuk. Jadi, boleh aku pulang?"

"Baiklah, kau boleh pulang. Datang lagi besok jam 8 pagi. Jangan sampai terlambat, ingat itu!"

"Aku mengerti kak, terima kasih." Alen membungkukkan badannya lalu beranjak pergi, menyisakan Jiwo yang masih sibuk dengan berkas-berkasnya di sana.

Alen masih tidak habis pikir dengan suaminya itu. Dia dikenal baik oleh orang-orang, dia adalah wakil direktur di perusahaan ayahnya. Jika orang tahu kebiasaannya ini, entah bagaimana persepsi orang tentang Tuan Kim mereka yang disebut sebagai 'Perfect Man' itu.

Alen sampai di depan gedung apartemennya setelah 20 menit perjalanan dirinya naik taksi tadi. Dia baru menarik napasnya dalam-dalam sebelum beralih masuk ke dalam sebuah lift.

Alen menekan tombol yang akan membawanya ke lantai 10. Alen takut ketinggian, sebab itu Seokjin membeli apartemen di lantai 10 untuk rumah mereka.

Alen sampai di lantai 10, kakinya segera beranjak menuju tempat yang dituju. Alen memutar bola matanya jengah ketika menemukan Seokjin duduk melantai lemah bersandar pada pintu. Terlihat sekali ketika pria itu hanya menundukkan kepalanya sedangkan sebelah tangannya bertumpu pada salah satu lututnya yang ditekuk.

Jari jemari Alen menekan angka-angka password dengan mudah, tidak butuh hitungan detik pintu itu langsung terbuka. "Kau sangat merepotkan."

Seokjin mendongak, tersenyum kikuk pada Alen. Alen menghela napasnya jengah. Seokjin sering kali seperti ini. Saat dia mabuk akan jadi pelupa dan suka bertingkah aneh.

Dengan sekali raupan napas besar, Alen membantu Seokjin untuk berdiri lalu memapah tubuh pria jangkung itu menuju kamarnya.

"Brugh!" Alen menjatuhkan tubuh Seokjin di ranjang dan memperbaiki posisi pria itu agar dapat tidur dengan nyaman. "Kau mau kemana?"

Alen terhenti saat berniat pergi mengambil air tetapi Seokjin menahannya. "Apa lagi?"

"Apa kau sedang memandikanku? Tubuhku merasa tidak nyaman."

Suddenly I Became A WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang