Part 2

16 0 0
                                    

Napas Alen tercekat, tubuhnya jatuh di atas dada Seokjin tanpa sehelai benang.

Alen gugup setengah mati ketika Seokjin menarik tubuhnya tiba-tiba. Jika Seokjin memarahi dirinya lagi itu bukan situasi yang menyenangkan.

"Drttt...."

Perasaan lega mendengar getaran dari ponselnya, itu menjadikan kesempatan bagi Alen untuk melepaskan diri dari Seokjin. "Halo?"

[Anu, Nuna, maaf mengganggumu... Apakah Hyung-nim sudah sampai di rumah?]

Itu telfon dari teman Seokjin, suara Jimin tetapi menggunakan ponsel Namjoon. Entah apa yang dilakukan tujuh pria beristri itu hari ini hingga membuat Seokjin yang biasanya tahan minum menjadi orang tepar seperti ini.

"Sudah, dia tidur sekarang."

[Oh, benarkah? Baiklah kalau begitu. Ku kira dia mati di jalan karena mabuk.]

"Dia masih hidup dengan sisa nyawanya, terima kasih sudah menyuruhnya pulang tadi."

[Baiklah Mad'el Nuna. Kalau begitu selamat malam.]

Alen menghela napasnya yang tertahan setelah panggilan itu berakhir. Dia mendudukkan tubuhnya di sebelah Seokjin, memandangi lekat suaminya yang sudah tertidur.

Rasa cemasnya sirna mengetahui Seokjin baik-baik saja setelah tahu Seokjin mabuk tadi. Dia tak sepenuhnya mengerti kenapa perasaannya begini, dia akan selalu merasa cemas ketika Seokjin pulang dengan keadaan mabuk meski dirinya berusaha untuk tidak peduli. Padahal setahunya Seokjin sulit mencapai keadaan mabuk.

Beruntung suaminya itu tidak pulang dalam bentuk mayat.

Alen menggerakkan tangannya membenarkan selimut untuk menutupi tubuh telanjang dada Seokjin, mengusap dahi suaminya sebentar sebelum beranjak menuju ke kamarnya sendiri.

_____________________

"Ahjussi, bangunlah. Kau harus mengantarku ke pelatihan sekarang."

Seokjin berhasil membuka sedikit matanya ketika Alen terus berusaha membangunkannya pagi-pagi sekali. Silau cahaya matahari bercampur pening yang masih berpendar, menghajar kepalanya habis-habisan di pagi hari.

Pria itu menenggelamkan kembali kepalanya pada dasar bantal, menghasilkan delikan tajam dari Alen yang sejak tadi sudah terburu-buru.

"Kenapa kau tidak berangkat sendiri saja?"

"Kau sudah membuatku pulang di tengah malam hanya untuk membukakan pintu untukmu. Apa sedikit pun kau tidak berniat membalas budiku?"

Seokjin menguap, "Tapi aku masih mengantuk, Mad'el."

fyi: Mad'el. Kalian bisa mengucapkannya sebagai 'madel' plesetan dari kata 'model' menjadi 'mother'

"Baiklah, ku biarkan saja kau mati di sini."

Alen beranjak pergi dan membanting pintu, itu menjadi gangguan bagi Seokjin. Pria itu memutuskan untuk memaksa bangun dirinya lalu mengambil asal setelan kemeja di dalam lemari. Menyusul Alen segera.

"Kenapa kau rapi sekali? Kau bau alkohol." Alen mengerutkan hidungnya ke atas mendapati bau sepat Alkohol di tubuh Seokjin menyeruak ke hidungnya.

"Kau berisik! Aku akan mengantarmu."

"Hei, setidaknya pakailah parfum atau apapun. Memangnya apa pendapat orang jika kau datang dengan bau alkohol di sekujur tubuhmu."

Pria bermarga Kim itu memberengut, nyaris akan mengamuk jika saja itu bukan awal hari. Dengan rasa terpaksa Seokjin kembali ke kamarnya untuk menyemprotkan parfum di tubuhnya sampai bau alkohol di tubuhnya berkurang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Suddenly I Became A WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang