1. Gebrakan Nakal

36 1 0
                                    

🌹Happy Reading 🌹
_____

“Makasih udah jadi ojek buat Hyra, El” ungkap gadis bernama Almahyra tulus ketika sampai di depan gang masuk ke rumahnya.

“Sama-sama, maaf gak bisa nganterin sampai depan rumah,” sahut Elsa sedikit  merasa bersalah.

“Nggak apa-apa, lagian habis hujan jalannya becek sekali,” Almahyra menimpali.
Kedua sahabat itu berpisah di depan Gang Kinanthi. Elsa memutarbalikkan motor untuk pulang ke kediaman rumahnya. Sementara, Almahyra melangkah dengan gontai nan riang. Senyum di wajahnya masih mengembang, mengingat esok adalah hari mendebarkan yaitu pengumuman ujian masuk perguruan tinggi di Universitas Candradimuka. Itulah kenapa hari kemarin dan hari ini ia melengkapi berkas persyaratan perkuliahan di sekolah.

Stopmap ungu masih ia tempelkan di depan dada karena tak muat dimasukkan dalam tas kecilnya. Hembusan angin membuat jilbabnya sedikit berkibar. Baju putih dan rok abu-abunya tak terasa sebentar lagi ia tanggalkan berganti dengan almamamater kampus berwarna hijau muda, jika benar-benar diterima.

Sesampainya di depan rumah, senyumnya perlahan memudar. Gadis yang mempunyai tinggi 160 cm dibuat penasaran dengan motor besar yang terparkir liar. Ada tamukah? Siapa? Tamu ayah atau ibunya? Sepertinya, kecurigaan harus ia tuntaskan dengan ide picikan. Almahyra manggut-manggut dengan ide di pikirannya.
Rumah sederhana berwarna merah hati pudar sudah menunggunya untuk singgah. Tempat yang bertahun-tahun menjadi pijakan dalam kesendirian, karena ia tak punya saudara kandung sebab anak tunggal. Tak terasa, Sepuluh langkah lagi sepertinya akan sampai.

Beberapa detik kemudian, Almahyra menggebrakkan pintu rumah dengan kasar.
Brak!

“Hyraaa!” pekik ibunya kaget, terpelonjak bangkit dari duduk.

“Kaget ya, Ma? Baguslah! Untung gak jantungan, jadi masih hidup,” kasar Almahyra kepada ibunya.

Gejolak amarah tadi pagi masih bersemayam dalam dada, betapa tidak dirinya sakit hati saat Raya menghina ibu kandungnya yang lemah dan senonoh tak bertanggungjawab mengurus rumah. Itu adalah penghinaan tersakit yang pernah ia terima sepanjang hidup bersamanya.

Bagaimana mungkin ayahnya bisa mencintai sosok wanita berhati iblis?

Entahlah, ayah yang tahu segalanya.
Raya, adalah ibu tirinya. Ibu kandung Almahyra yang bernama Maya sudah meninggal beberapa tahun lalu saat dirinya kelas 6 sebab penyakit gula yang menyerangnya. Lantas membuat ayahnya menikah lagi ketika dirinya kelas 9 SMP.

Almahyra hendak meluncurkan kata-kata kasar untuk kembali membuat amarah Raya, namun tercekat karena ia masih menghormati pada tamu di hadapannya.

Lalu, Almahyra memandang sinis pada pria itu.
“Siapa dia,  Ma? Selingkuhan mama?” ucapan pedas Almahyra akhirnya meluncur tak terkontrol.

Tunggu, sepertinya Almahyra pernah bertemu dengan pria berambut hitam pekat, berwajah oval, dan alisnya cukup tebal. Tapi di mana? Ah, Almahyra tak peduli. Sebelum amarah Raya memuncak, ia memilih beringsut masuk ke kamar.

“Em, maaf ya, Ar. Dia lagi kumat mungkin,” ucap Raya gagap pada pria di hadapannya.

“Gak papa tan, cantik yah anak tante” puji pria itu.

“Hehe begitulah,"

Samar-samar Almahyra mendengar dari balik ruangan. Ia begidik merinding, jijik mendengar sanjung puja dari pria itu. Ia kembali melangkah dengan kasar dan menggebrak pintu kamarnya kasar.

“Hyraa!!” pekik Raya sudah seperti peluit panjang dalam pertandingan sepakbola.

Almahyra tak menggubris. Lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur. Sebenarnya ia tak mau bersikap seperti itu, tidak mau. Tapi emosi sesaat menyuruhnya untuk memberontak dan bersikap tak wajar. Hidup satu rumah dengan Raya panas rasanya, seperti neraka. Ibarat tak ada ventilasi udaranya pula.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Trapesium AsmaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang