uh.. balas, dong!
Meski tak ingin mengakuinya, namun sebenarnya, Kirana hanya menginginkan satu hal, yang tak lain dan tak bukan adalah balasan pesan dari manusia gengsi pecinta uang; siapa lagi kalau bukan Willem.
Meski tak ingin mengakuinya, namun sebenarnya, Kirana hanya menginginkan satu hal, yang tak lain dan tak bukan adalah balasan pesan dari manusia gengsi pecinta uang; siapa lagi kalau bukan Willem.
Dirga hanya tersenyum. "Aku tahu kenapa. Kau harus menyakitiku, membunuhku, tapi itu juga menyakitimu, sama-sama membunuhmu. Selalu seperti itu, sampai aku tidak mengerti apa yang sebenarnya kau inginkan. Aku sudah memilih pijakanku, lalu di pihak mana kakimu berada, Belanda?" "Diam, Dirga!" Dirga tertawa kencang, pah...
"Pak Budi yakin mau mengajar di sini?" "Saya yakin, Bu! Saya akan mengajar dengan sepenuh hati!" "Dari ketiga guru yang pernah mengajar di sini, tidak ada satupun yang bertahan lebih dari satu bulan, lho. Dua diantaranya terkena depresi, dan satu lagi jadi gila. Jadi... entah, ya, Pak Budi jadi apa." "...." Budi adala...
Terima atau tolak. Itu adalah pilihan yang dipunya Indonesia saat Netherlands datang ke negaranya menanyakan tentang sebuah surat yang berasal dari Ratunya. "...Kenapa kau tidak menolak ku saja, Nesia?" "Itu karena ak-" "Indon!" "Ate!" "Kak Nesia!" Netherlandsxfem!Indonesia.