Sebutir Biji (Bukan Puisi Romantis)
Bukan Puisi hanya sekedar kalimat pendek pengisi ruang dimensi
Bayangannya muncul kembali. Sesak, aku menangis lagi. Selalu begini saat aku sendiri. Kubuka map coklat berisi biodata seorang ikhwan. Seorang laki-laki yang sudah membuatku sakit selama satu bulan. Ah, salah. Bukan dia penyebabnya, tapi rasa ini. Rasa yang seharusnya tidak pernah tumbuh. Rasa yang harusnya kubu...
awalnya dia tak menyadari indahnya ciptaan sang Pencipta Yap.. ia menyukai pantai pantai menjadi salah satu tempat untuk ia bercerita tempat ia menumpahkan kekesalan , kesedihan , bahkan kegembiraan semuanya berawal dari sini :) -padang, 12 Mei 2017
Puisi ini terinspirasi dari perjuangan-perjuangan para pahlawan dahulu hingga bisa berkibarnya sang saka Merah Putih sampai saat ini.
Kisah cinta, terus melaju sepanjang waktu. Ada rindu yang mampu menggapai gemintang, begitu pun dengan cinta. Kisah tertulis indah menghasilkan karya. Berlarut-larut menenggelamkan hati. Berdekap kisah cinta, detik demi detik, menit demi menit hingga waktu tak lagi mengizinkan. *** Sebuah kumpulan cerpen yang ditulis...
Bagiku, semua ini layak untuk dikenang. Entah seperti apa menurutmu. Jika kau bersedia untuk menjadikannya sebagai sejarah, maka kenanglah aku sebagai seseorang yang paling-paling mendambakan kebahagiaanmu. -Jum'at, 1 September 2017.
bagaimana rasanya jika pacaran sesudah menikah ? selama ini luna tak pernah merasakan apa itu pacaran . dan dia langsung menikah dengan pria pilihan orangtuanya nya . bagaimana kisah selanjutnya . seperti apa kehidupan pacaran setelah menikah ? ikuti terus kisah ini 18th keatas Dibawah 18th dosa ditanggung sendiri y...
Kumpulan puisi yang ia tulis dalam kegembiraan, kesedihan, kebimbangan, dan semua itu dibungkus dalam kemabukan kopi--kalau sekiranya dompetnya mendukung untuk beli kopi.
"Tidak masalah kau tak anggap aku ada, tidak masalah kau tak anggap aku istri tapi jangan kau torehkan luka di hatiku ini apa kesakitan ku kebahagiaan mu sampai kau menyakiti ku sedemikian rupa". * Aisyah Quratu'ain* "Entah apa yang ada di hati dan otakku dari awal aku memang salah, aku membenci kesalahan itu sampai a...