Semenjak saat itu rasanya rindu makin sering singgah tanpa kenal waktu. Sebenarnya aku sudah mencoba untuk tak menghiraukannya dan berlagak seakan tak menyadari kehadirannya. Tapi kenapa dia begitu berusaha membuka mataku untuk menyambut hadirnya. Aku begitu lelah menahan rindu itu sendiri, lelah memang jika rindu yang kurasa hanya mampu untuk kupeluk sendiri. Hingga akhirnya aku menemukan rangkaian kata yang mengubah sudut pandangku akan rindu yang selalu menyapa dengan keramahan yang dimilikinya. "Terimalah rindumu dengan ikhlas tanpa meminta sebuah balasan. Terimalah rindu dengan bijaksana tanpa memaksa dia harus merasakan hal yang sama" Seharusnya aku bisa memahami rindu ku sediri tanpa memaksakan untuk memiliki rindunya, tapi aku begitu egois dan berusaha merebut rindu yang bukan untukku. Maaf, di lain waktu ketika rindu itu kembali menyapa aku akan berusaha untuk memiliki rindu itu sendiri tanpa mengharapkan pelukaan rindu darimu. Akan begitu keras usahaku untuk mnerimanya, tapi aku yakin akan mampu melaluinya dan mengalahkan ego yang begitu leluasa menguasi diri ini.