Sudah sepuluh tahun Faiz Qaisa mengurung diri di kamarnya. Sekarang usianya dua puluh--rambut gondrong, kumis lebat, janggut berewok. Dari luar, dia tak ubahnya pria dewasa. Dari dalam? Dia tak jauh dengan balita (kalau bukan batita). Pengidap alergi manusia kronis, musuh bebuyutan matahari, serta hobi muntah ketika dibawa ke ruang terbuka. Lalu kakeknya meninggal, dan Faiz pun terancam ikut tewas sebab tak mampu mengurus diri. Ketika itulah seorang rentenir muncul di depan rumahnya, berkata kalau dia punya seorang gadis cantik-muda-manis-belia yang siap dijadikan guling di ranjangnya.