Setelah hilangnya status sebagai ibukota, kini Jakarta mulai meriuh-ricuhkan polemik politik. Beberapa bulan setelah sosok aktivis ditembak mati saat berlangsungnya demonstrasi, tak ada yang berani melawan para pejabat dan petinggi. Bahkan mereka melakukan tuduh-balik dan membuat kebalikan cerita dari kematian sosok aktivis tersebut. Beberapa bulan setelah insiden, sang anak dari aktivis yang telah dibunuh tersebut kini beranjak dewasa. Namun sayang, ia diusir oleh neneknya akibat akan munculnya stigma buruk pada neneknya akibat cerita yang diputarbalikkan mengenai kematian sang aktivis. Kini, sang anak harus melanjutkan perjuangan sang ayah. Menyuarakan hasil skripsi penuh darah dan perjuangan kepada dosen yang enggan mendengar bahkan melihat sejentik huruf pada lembar pertama skripsi tersebut. Mampukah sang anak melanjutkan perjuangan sang ayah yang telah ditembak mati saat berlangsungnya demonstrasi? Akankah perjuangan tersebut berjalan dengan mulus?