Danasmara, ia berperawakan tinggi. Rambutnya lebat, sedikit berombak. Matanya hitam kecoklatan, seringkali ada rona merah yang memperjelas bahwa malamnya tak senyenyak manusia lain. Yang ku tahu, Danasmara memiliki mimpi yang besar, lebih besar dari tubuh kurusnya dikali seratus. Tepat setelah memutuskan jadi pemimpi, ia mulai merangkai kata-kata sakti. Aku sedikit ingat, kata-kata itu terdengar seperti ini, "Aku berusaha tetap terjaga, disaat waktu dunia membuat yang lain mulai terlelap.". Seringkali aku juga meremehkan keyakinannya. Dan kadang ia malah berhasil membalikkan perhitunganku, kemudian aku juga turut terinspirasi atas perjuangan tak masuk akalnya. Dan kau tahu kawan, apa yang terlihat sakti dari dia? Terkadang ia membahasakan firman Tuhan dengan semena-mena, tapi ajaib, bahasa itu mampu dengan mudah aku mengerti. Hatiku tersapu sekaligus tersipu, seolah aku diajak semakin dekat dengan Tuhanku. Danasamara, sesekali ia memiliki kebijaksanaan melebihi usianya. Ia dengan mudahnya memandang biasa apa saja yang teramat diinginkan manusia lain. Aku sempat berpikir, jangan-jangan ia bukan manusia. Ada semacam deduksi yang menyimpulkan bahwa Danasmara seringkali memiliki ciri asing, ia bisa jadi adalah traveler dari planet lain. Planet yang tidak memiliki banyak air, sebab aku masih ingat bagaimana ia memiliki pedoman yang aneh tentang mandi. Katanya, "mandi hanya untuk orang-orang yang merasa bahwa dirinya itu kotor." Aku menyangkal. Dan sayangnya, manusia lain mengamini pedoman hidup itu..