Kalau diam ini sudah membawamu pada dendam, hanya kata "maaf" agar hatimu diberi kelembutan.
Tiada kuasa, hati ini pun tengah kalut.
Semoga, selalu ada celah untuk terus berdoa supaya jiwa diberi rasa lembut.
Kalau diam ini sudah membawamu pada dendam, hanya kata "maaf" agar hatimu diberi kelembutan.
Tiada kuasa, hati ini pun tengah kalut.
Semoga, selalu ada celah untuk terus berdoa supaya jiwa diberi rasa lembut.
Kalau tak mau rumit merangkai kata.
Tak perlu menyalin ide seseorang dengan cara memberi kecewa.
Bukan dendam, maupun benci.
Melainkan, perihal mengingatkan tidak hanya butuh waktu sekali.
Sebuah cerita, akan menumbuhkan persepsi ataupun asumsi sesuai dari pikiran yang mendengarkan.
Harapan dimengerti boleh. Namun, memaksa, apalagi bergantung, sama halnya akan bunuh diri. Bedanya hanya di jiwa, bukan pada raga.
Laksana air hujan menetes di atas tangan.
Seperti itu langkah kini terasa.
Digenggam pertama, begitu menyejukkan.
Namun, lama-lama itu menggigilkan.
Sama, seperti hidup ada porsi yang perlu diketahui.
Kapan harus menggenggam, ataupun mampu melepaskan.
Jika sudah parah, baru melepaskan.
Artinya pun, butuh waktu untuk menyembuhkan.
Aku tidak suka dengan rasa ego di jiwa sendiri.
Tidak pula menolak sebagai manusia biasa.
Jadi, sekadar menjawab pertanyaan tentang kejahatan diri sendiri, hanya bisa mengakui.
Lantas, apa yang lebih menderita dari sebuah rasa, terjerat masa, bahkan kejadian berpuluh-puluh tahun lalu, tidak bisa dilupa?
Mana yang lebih cepat dari lari.
Sedang sukma dihantam masa lalu berkali-kali.
Saat mata mencoba menemukan damai sekali lagi.
Sampai tak terkesan dengan "kehilangan".
Jangan cari aku di mana bisa memperbaiki semuanya.
Sebab, sekarang pun sebuah cerita lalu tidak terlalu menguntungkan beberapa pihak.
Ignore User
Both you and this user will be prevented from:
Messaging each other
Commenting on each other's stories
Dedicating stories to each other
Following and tagging each other
Note: You will still be able to view each other's stories.