Sesuatu yang disebut pemujaan..
Malam itu, Tian tahu ia sedang memuja.
Ia tidak berusaha menyangkal atau mencari alasan lain, karena setiap kali dirinya menatap Zi Yu, yang ia rasakan bukan sekadar ketertarikan, tapi semacam tunduk pada sesuatu yang sakral.
Ia mengamati bahu, garis leher, dan cara napas itu bergerak di antara keduanya, dan ia sadar bahwa tidak ada satu pun bagian dari tubuh itu yang tidak ia kagumi dalam obsesi.
Ia ingin mengingat semuanya, seperti seseorang yang takut kehilangan kitab sucinya.
Bagaimana kulit itu tampak hidup di bawah cahaya, dan juga bagaimana jari-jari itu bergerak seolah sedang menulis bahasa yang hanya ia pahami.
Ia tahu betul, apa yang ia rasakan bukan hanya nafsu belaka. Ini lebih dari itu, ini adalah pemujaan pada sesuatu yang begitu tinggi. Dan di dalam kepalanya, ia tidak sekadar melihat Zi Yu sebagai sosok yang indah.
Melainkan Ia melihat sesuatu yang layak disembah dalam kegilaan, sesuatu yang membuatnya ingin berlutut.
Bukan karena kalah, tapi karena akhirnya ia mengerti arti kata “memuja” sampai tidak lagi memiliki logika..