Axselteria

Jika takdir, maka itu milikku.
          	Jika bukan, penyesalan tidak ada padaku.
          	
          	Tetapi untuk tidak berhenti dan menyerah itu baru tugasku.
          	
          	
          	

Axselteria

Kau taat........
          Tapi mulutmu menyakiti hati orang.
          Ku maafkan, tapi akan kuingat dan tanam dalam kenang.
          Karena saat ini aku berproses dalam pembuktian.
          Kelak jika aku berdiri menjulang, akan kutunjukan setiap pencapaian.
          Dimana aku dulu yang kau rendahkan, akan membungkam semua cacian.
          Ku sarankan diam, karena kau tidak tau proses seperti apa tiap seseorang.
          Jangan hanya pandai menyampaikan kekolotan atas pikiran satu sisi otak mu yang dangkal.
          Tenang......
          Aku memaafkan, tapi aku tau jika tuhan ku begitu bijak dalam keadilan!!!!

Axselteria

Dinding tempat yang mereka sebut rumah itu penuh retakkan.
          Terlihat kokoh hanya karena ada emas dan berlian, padahal nampak kosong serta dingin didalam.
          Dua pilar terikat diatas kertas, tapi seperti saling tak mengenal.
          Melupakan sebuah bongkahan besi muda tanpa asahan serta tempaan.
          Sang besi memiliki kesempatan menjadi sebuah pedang tajam dan bersinar.
          Tapi sayang, tak ada siapapun penempa yang datang.