AzzahNoz

           Dunia ini terlalu sunyi untuk suaraku. Aku memanggil, berteriak, dan memohon, tetapi semua yang kudengar hanyalah gema hampa, seolah-olah langit memalingkan wajahnya dariku.  
          
                     Aku pernah percaya, pernah mengangkat kedua tangan ini dengan penuh harapan. Namun, apa yang kuterima? Sebuah ironi kejam yang mengoyak keyakinanku sedikit demi sedikit. Mereka berkata, "Tuhan mendengar segalanya." Tapi, jika benar begitu, mengapa engkau menulikan telingamu?  
          
                     Kata-katanya terus terngiang, tajam seperti pisau yang merobek dadaku: "Mungkin, kau memang diciptakan untuk dihancurkan. Inilah tugasmu." Ucapan itu tidak berasal dari manusia, bukan pula dari bisikan setan. Itu suara hatiku sendiri, menggema dari ruang kosong yang dulu penuh dengan doa.  
          
                     Aku yang dulu tak pernah tahu apa itu benci, kini tenggelam dalam perasaan gelap yang bahkan tak mampu kuungkapkan. Benci. Tidak pada dunia, tidak pada takdir, tetapi pada-Mu—Sosok yang seharusnya melindungi, membimbing, mencinta. Aku membencimu, Tuhan, sedalam-dalamnya.  
          
                     Apa salahku? Apa dosa yang tak kuketahui, hingga kau biarkan aku terpuruk begini? Sekarang, jika kau ingin tahu, aku bukan lagi makhluk yang akan memohon ampunan-Mu. Aku adalah cermin retak yang mencerminkan setiap luka yang kau torehkan tanpa alasan.  
          
                     Jika ini rencana-Mu, maka kau telah berhasil. Aku runtuh. Aku hancur. Dan yang tersisa hanyalah bayanganku, kisahku, dan masa-masa sialan ini.
          
                     Brengsek.
          
                     "Tuhan, jika Engkau ada, kenapa ucapanku hanya sampai pada kehampaan? Jika Engkau mendengar, kenapa aku tidak pernah merasa dijawab?" Aku hanya ingin tahu: apa aku terlalu hina untuk didengar?  
          
                     Lihatlah aku sekarang. Bukan lagi anak yang berharap. Aku adalah malam tanpa bintang, kesunyian tanpa suara. Dan ini—kebencian yang kau tanamkan—adalah hadiah terakhir yang kubawa sampai akhir.

AzzahNoz

[Menjadi istri kejam sang tiran]
          
               Tenang—hanya itu cara yang paling tepat untuk mencegah perempuan di seberang sana berubah dari waras menjadi setengah gila, dan makin NEKAT menjalankan rencana A.P.A.P.U.N yang saat ini sedang bercokol di kepalanya.
          
               Dan syukurnya setelah menarik nafas dalam-dalam, menahannya selama sekian detik, lalu menghembuskannya dengan lepas, hampir separuh akal sehatnya kembali ke dalam otak.
          
               Alih-alih berteriak, "APA KAU WARAS? AKU SHOU-SHOU—PUTRA SULUNG PAPA RAYMOND, BUKAN ISTRI TIRAN YANG KEJAM!!!"  Seperti manusia barbar yang tidak diajarkan etika oleh orang tuanya, dia malah bertanya dengan emosi ditekan sampai seminimal mungkin. "Apakah ini mimpi?"
          
               "Bukan, yang mulia ratu."
          
               Ah rasanya pengen mampus saja! bagaimana bisa perempuan di depannya mengatakan hal yang begitu tidak logis dengan lempeng dan flek ketiplek?
          
               Shou-Shou benar-benar tidak bisa mikir logis begitu dengar suara yang serak-serak basah pedofil yang sok manja itu di telinganya, "Istri? Kenapa bagun duluan?"
          
               Sekujur tubuhnya langsung merinding apalagi tangan besar dari pria yang menyandang status Tiran dalam novel sejarah ini berada di pahanya—memeluk dengan posesif.
          
               Ingatlah madu yang ibu turunkan dari sendok ke pancake, tenang lambat sejuk dan begitu manis ... Tenang ... Tenang ... Jangan najis ... Jangan ... Jangan ... Jangan najis ... Najis ... Najis ... NAJIS! ANJING NAJIS BANGET GOBLOK!!
          
               "Istri??" mata Tiran jahat menatapnya dengan lembut seperti anjing Husky jantan yang diabaikan pemiliknya.
          
               Shou-Shou menahan emosi dan berkata biasa saja, "Iya?" Katanya lembut agar tidak berbuat hal-hal tolol.
          
               "Istri? ISTRI SAKIT??"
          
               "Huh?"

AzzahNoz

Makin kesini cerita wp banyak banget tema brothership/hood/bl, image wanita makin rusak karena penulis membuat wanita terkesan pelacur 
          
          Dalam sajak, sastra, puisi, serta segala bentuk karya tokoh pria merajalela. Namun, lihatlah dunia. Dunia kini mulai dikuasai wanita.
          
          Para perempuan selalu berlagak mereka begitu suci, meminta hal yang tak setara dengan diri mereka sendiri. Trend-trend 'Perempuan berkelas' serta 'mau apa-apa di Tf ayank' benar-benar baik tapi sangat merusak.
          
          Ingin laki-laki mapan tapi dirinya hanya seorang yang membuka selangkangan, kami para laki-laki mengalah karena menghargai ibu kami. Bukan kami yang selalu salah, kami hanya berpikir logis.
          
          Wahai perempuan, pada dasarnya laki-laki mapan yang menikahi wanita miskin didasari dua hal.
          
          1. Mudah diatur dan dikendalikan
          2. Bodoh
          
          Ini dunia, bukan sebuah buku cerita. Realistis saja, engkau bukan puteri dari seorang raja jadi jangan berharap pangeran akan datang memberimu cinta.
          
          Mungkin ada pria yang datang padamu dan memberimu cinta dengan segenap jiwa, tapi itu hanya diawal. Pada akhirnya wanita bodoh yang seperti itu hanya aka menjadi pembantu rumah tangga karena mengharapkan cinta.
          
          Aku ingin para wanita sadar, mereka yang harus dewasa bukan hanya memikirkan cinta. Jangan seperti ibuku, andai saja ibuku tidak bebal mungkin dia masih mencium keningku dengan sabar.