BintangJatuh1799

- Rasa -
          	
          	Apa yang kurasakan?
          	
          	Sejujurnya aku pun ga tau apa yang kurasakan saat ini. Resah? Sedih? Hampa? Seolah tercampur menjadi satu perasaan yang ga bisa aku ungkapkan.
          	
          	Awalnya aku merasa bosan, tapi untungnya aku bisa mengalihkan rasa bosan ini. Lalu aku merasa kasihan dengan musibah yang menimpa seseorang. Ku coba untuk membantunya sebisaku, meski hasilnya nihil.
          	
          	Lalu entah mengapa aku merasa jengkel, karena bantuan ku untuknya sedikit mengusik ketenangan ku. Bukannya aku menyesal untuk membantunya, tapi ... apa ya? Perasaan yang sulit di ungkapkan ini?
          	
          	Setelahnya aku merasa jengkel dengan hal-hal kecil yang mengusikku. Aku lelah, tapi aku pun ga ada alasan untuk menolaknya.
          	
          	Aku jadi malas di rumah, rasanya menyesakkan. Saat aku di luar rumah pun rasa sesak dan hampa ini ga hilang. Sekitarku ramai, tapi aku ga termasuk dalam keramaian itu.
          	
          	Aku sibuk dengan diriku sendiri, toh keramaian itu bukan bagian dariku dan ga ada juga yang mengajakku.
          	
          	Tapi sepertinya aku sendiri juga ga terlaku tertarik dengan keramaian itu, seolah energi ku terkuras.
          	
          	Sampai saat ini aku juga masih merasakan perasaan hampa(?) Ini? Tapi disaat yang sama aku juga merasa sedih sampai ingin menangis.
          	
          	Hah ... padahal ga ada hal buruk yang terjadi padaku hari ini. Tapi rasanya semua hal memuakkan.
          	
          	

BintangJatuh1799

- Rasa -
          
          Apa yang kurasakan?
          
          Sejujurnya aku pun ga tau apa yang kurasakan saat ini. Resah? Sedih? Hampa? Seolah tercampur menjadi satu perasaan yang ga bisa aku ungkapkan.
          
          Awalnya aku merasa bosan, tapi untungnya aku bisa mengalihkan rasa bosan ini. Lalu aku merasa kasihan dengan musibah yang menimpa seseorang. Ku coba untuk membantunya sebisaku, meski hasilnya nihil.
          
          Lalu entah mengapa aku merasa jengkel, karena bantuan ku untuknya sedikit mengusik ketenangan ku. Bukannya aku menyesal untuk membantunya, tapi ... apa ya? Perasaan yang sulit di ungkapkan ini?
          
          Setelahnya aku merasa jengkel dengan hal-hal kecil yang mengusikku. Aku lelah, tapi aku pun ga ada alasan untuk menolaknya.
          
          Aku jadi malas di rumah, rasanya menyesakkan. Saat aku di luar rumah pun rasa sesak dan hampa ini ga hilang. Sekitarku ramai, tapi aku ga termasuk dalam keramaian itu.
          
          Aku sibuk dengan diriku sendiri, toh keramaian itu bukan bagian dariku dan ga ada juga yang mengajakku.
          
          Tapi sepertinya aku sendiri juga ga terlaku tertarik dengan keramaian itu, seolah energi ku terkuras.
          
          Sampai saat ini aku juga masih merasakan perasaan hampa(?) Ini? Tapi disaat yang sama aku juga merasa sedih sampai ingin menangis.
          
          Hah ... padahal ga ada hal buruk yang terjadi padaku hari ini. Tapi rasanya semua hal memuakkan.
          
          

BintangJatuh1799

- Hujan -
          
          Baru saja kelasku di batalkan karena dosenku sedang ada rapat. Sementara aku sudah berada di kampus sejak setengah jam yang lalu. Kecewa? Yah, tidak juga. Dengan begini aku putuskan untuk berdiam diri di perpustakaan, kebetulan ada novel yang harus kubaca dan ditambah cuaca sedang mendung dan mulai gerimis.
          
          Benar saja, baru beberapa menit aku di perpustakaan sambil membaca novel. Hujan yang semulanya gerimis mulai menjadi hujan deras. Cukup lama aku menatap derasnya hujan dihadapanku dari balik jendela. Bisa kudengar suara hujan yang menghantam atap bangunan, meski cukup mengecewakan aku jadi tidak bisa menghirup aroma hujan.
          
          Tapi ini membuatku tenang. Ku tutup buku yang tengah kubaca, tak lupa menaruh pembatas di dalamnya. Sambil mendengar musik klasik dan menatap air hujan yang terus turun dengan deras, aku membaringkan kepalaku di atas meja beralaskan lenganku.
          
          Semakin lama aku semakin tenang dan mulai mengantuk. Hingga tanpa sadar aku tertidur untuk beberapa saat. Dan begitu terbangun dari tidur singkat ku, diluar ternyata masih hujan dengan deras. Aku kembali menatap air hujan yang turun dengan musik klasik yang masih menyala.
          
          "Mungkin ini saat yang paling tenang dalam hidupku." Sembari tersenyum menatap hujan yang terus mengguyur sebagian bumi ini.

BintangJatuh1799

- Mulutmu, Harimaumu -
          
          Kalimat sederhana yang seharusnya mudah untuk di ingat oleh semua manusia. Adanya kalimat ini agar semua manusia untuk menjaga tutur katanya bukan? Tapi~ Sepertinya tidak semua manusia bisa memahami kalimat sederhana ini. Tutur kata yang tidak sopan! Kejam! Sampai menyakiti dan menjatuhkan sesamanya.
          
          Sebuah kalimat kecil dari seseorang pun bisa membuat kita naik atau turun. Anehnya manusia suka sekali bermain dengan kalimat yang mereka lontarkan tanpa memikirkan akibat dari kalimat tersebut.
          
          Betapa mudahnya manusia menyakiti manusia lain dengan dalih ‘bercanda’. Dan anehnya malah orang-orang terdekat kita yang hinaannya paling kejam, kira-kira kenapa begitu ya? Padahal mereka juga sok tahu dengan keadaan kita kan? Bagaimana jika kita melontarkan balik kalimat menyakitkan itu pada mereka ya? Atau melontarkan yang lebih kejam?

          
          Selain berdalih dengan ‘bercanda’ ternyata manusia juga suka berdalih dengan kata ‘baper’. Memangnya salah kita membawanya ke dalam perasaan? Gak! Kenapa kita harus memendam perasaan kita padahal mereka bisa mengendalikan mulut mereka? Kenapa selalu kita yang harus menerima dengan pahit?
          
          Kritik? Ah… Iya, iya. Aku mengangguk paham. Mereka hanya ‘mengkritik’, dan inilah dalih ketiga manusia. Begitu banyak dalih untuk sebuah kesalahan ya?
          
          Maaf… Maaf! Sebuah kata yang mudah di baca, sangat mudah diingat, dan seharusnya mudah untuk dilontarkan. Satu suku kata ini yang seharusnya semua manusia mudah, bahkan sangat mudah untuk untuk lontarkan. Tapi~ Sepertinya sebagian manusia ini susah untuk melontarkan kata ‘maaf’ yang begitu mudah ini. Aneh ya?
          
          Padahal daripada menggunakan dalih ‘bercanda’, ‘baper’, dan ‘kritik’ bukankah lebih mudah mengucapkan kata ‘maaf’?
          
          Tapi dari sini aku belajar, tidak semua manusia mengerti sebuah kalimat yang begitu sederhana. Padahal sebuah kalimat itu selalu berdampak baik atau buruk, entah sesederhana apapun kalimat yang di lontarkan.

BintangJatuh1799

- Capek -
          
          Aku capek...
          
          Aku mau istirahat...
          
          Aku mau nangis... Tangisan yang membuat siapapun mendengarnya merasakan rasa sedih yang sama denganku.
          
          ...tapi aku gak bisa... Aku malu. Malu aku nangis karena hal sepele seperti ini, setidaknya aku yang menganggap hal ini terlalu sepele untuk di tangisi.
          
          "Kenapa sih kamu milih itu? Kenapa gak yang lain? Yang lebih produktif dan bermanfaat."
          
          Kenapa Papa gak puas? Aku sudah ikut jalan yang papa mau, tapi sampai ekskul pun aku gak boleh memilih yang ku mau? Egois? Iya... Mungkin aku memang egois. Dan karena siapa sifat egois ku itu?
          
          Mungkin omongan Papa ada benarnya?
          
          Pa... Sekarang aku mulai bimbang sama mimpi aku... Aku iri Pa. Ngelihat anak-anak yang akrab dengan papanya, aku iri banget.
          
          Aku capek, Pa...

BintangJatuh1799

- Kala -
          
          Aku senang melihat keluargaku yang bahagia. Saling bercengkrama, seolah dunia milik kami, tanpa beban. Aku juga ikut mengobrol, tapi lebih sering memperhatikan, membaca setiap ekspresi wajah yang mereka tunjukkan. Aku memang suka memperhatikan, aku merasa bisa membaca seseorang dengan memperhatikan setiap gerak geriknya.
          
          Bagiku, dunia ini bagaikan sebuah buku. Buku yang endingnya tak bisa di tebak.
          
          Kadang aku berfikir, bagaimana jika mereka semua menghilang? Meninggalkanku sendiri disini.
          
          Aku suka menyendiri, tapi aku tak suka sendirian.
          
          Membayangkan diriku di sebuah ruang yang kosong, tanpa adanya tanda kehidupan selain aku. Rasanya... Mengerikan.

BintangJatuh1799

- Thanks and Sorry -
          
          "Aku mencintaimu. Tak bisa kah kamu percaya akan ucapanku? Aku sungguh-sungguh dengan apa yang kukatakan. Tak bisakah kamu merasakannya?"
          
          Aku berpikir sejenak. Apakah dia sungguh mencintaiku? Tapi bagaimana mungkin? Kurasa itu bukan rasa cinta....
          
          "Kalaupun aku percaya akan apa yang kamu katakan, aku pun tak mau memiliki hubungan yang romantis. Dan kamu tak mengenalku, kamu tak tahu apapun tentangku." Dengan hati-hati aku mengirim pesan itu.
          
          Tidak sampai satu menit, pesan balasan darinya muncul.
          "Aku tak peduli, yang ku tahu aku mencintaimu dan itu kebenarannya. Kenapa kamu tidak juga paham?"
          
          "Aku sungguh-sungguh... Ku mohon... Jika ini tentang jarak di antara kita, aku yakin kita bisa melewatinya." Muncul lagi pesan darinya.
          
          "Ini bukan tentang jarak, insyaallah aku sanggup jika harus berjauhan. Tapi kita tak pernah bertemu sebelumnya, kita juga baru saja mengenal, dan kamu itu seorang Kristen." Aku mengirimnya pesan balasan. "Sudah jelas kita tak akan bisa bersama."
          
          "Aku siap mengubah keyakinanku kapanpun kamu mau." Dia membalasnya.
          
          "Maaf... Meski bukan karena keyakinanmu pun, aku juga tak mau memiliki hubungan yang romantis." Aku membalas pesannya yang terlihat yakin itu dengan rasa sedikit bersalah. 
          
          Apa yang ku lakukan ini pasti terlihat kasar, tapi dari awal aku hanya berniat berteman dengannya. Aku bahkan tak menggodanya atau apapun itu.
          
          Begitulah hubungan pertemanan kita itu berakhir dengan dia yang memohon aku untuk memblokirnya, dan aku menurutinya. Mungkin ini lebih baik untuknya, daripada aku berpura-pura menerimanya....

BintangJatuh1799

- Terima Kasih -
          
          "Selamat ya, aku senang akhirnya kamu berhasil." Seniorku menepuk-nepuk kepalaku dengan bangga.
          
          Aku mengangguk senang, "Ini juga berkat kakak." Senyuman cerahku tidak luntur dari wajahku. "Berkat kakak dan dukungan semua orang aku bisa sampai disini. Aku bahkan tidak yakin jika hanya mengandalkan diriku sendiri bisa membuatku sampai disini." Aku berucap dengan tulus.
          
          Seniorku memberikan senyuman hangat dan bangganya kepadaku. Aku senang melihatnya tersenyum seperti itu. Aku ingin membalas kebaikan Senior dan orang-orang yang sudah mendukungku.
          
          Aku segera berdiri dari duduk ku. "Ayo, kak. Aku ingin mentraktir kakak hari ini!" Aku berkata dengan bersemangat.
          
          Seniorku tertawa sedikit sembari ikut berdiri di sebelahku. "Baiklah. Aku akan memesan yang aku mau dan kamu harus membayarnya." Dia sedikit menyeringai jahil.
          
          "Ish, jangan ngelunjak juga lah!" Aku cemberut dengan candaan seniorku.
          
          Dia tertawa dan menepuk-nepuk kepalaku. "Aku hanya bercanda, ahahaha." Katanya, "Makasih ya, sudah mentraktirku, hehe." Dia tersenyum senang.
          
          Aku jadi ikut tertawa sedikit. "Seharusnya aku yang berterima kasih." Aku tersenyum senang.

BintangJatuh1799

- Malu -
          
          Aku harap engkau bisa memaafkanku. Sudah lama aku tidak menghadapmu seperti ini. Perasaan malu dan rasa bersalah memenuhi diriku. Aku sungguh memohon maaf kepadamu.
          
          Aku berharap engkau bisa memaafkan diriku yang seperti ini. Aku hanya kembali kepadamu ketika aku butuh, dan melupakanmu jika tidak membutuhkanmu dan terbuai oleh hal lain.
          
          Aku tidak yakin dengan perasaanku, tapi aku berharap semoga perasaan ini tulus. Aku mohon maaf. Aku malu kepada diriku. Aku merasa bersalah.
          
          Aku tidak akan berjanji untuk kedepannya, tapi aku akan berusaha agar lebih baik. Aku akan berusaha untuk menghadapmu lagi. Ini hal yang seharusnya mudah untuk di lakukan, tapi terasa sulit saat aku terbuai dengan hal lain. Dan melupakan semua nikmat yang kamu berikan kepadaku selama ini.
          
          Aku mohon maafkanlah aku, ya Rabb...

BintangJatuh1799

- Lega -
          
          "Bagaimana kabarmu?" Aku bertanya dengan senyuman ramah di wajahku.
          
          Dia menatapku sejenak, "Aku baik." Dia menjawab dengan senyuman. "Kamu sendiri?"
          
          "Yah, seperti yang kamu lihat." Aku mengangkat bahu dan tertawa kecil.
          
          Dia mengangguk, "Kalau begitu aku kesana dulu, ya." Katanya sambil menunjuk keluar.
          
          Aku mengangguk dan melambai sedikit saat dia mulai melangkah keluar aula.
          
          Begitu sosoknya menghilang dari pandanganku, aku segera berbalik dan berpegangan di tepi meja. Kakiku terasa lemas, jantungku berdetak dengan sangat cepat, bahkan aku sedikit merasa sesak. Aku bisa merasakan tubuhku sedikit gemetar. 
          
          "Tadi itu cukup menegangkan, ya?" Sepupuku sedikit menyeringai mengejek.
          
          Aku menarik napas yang dalam dan mulai menenangkan diriku.
          
          "Seperti yang kamu lihat. Aku bisa bersikap normal meski setengah mati menahan rasa gugupku." Aku membalas seringai sepupuku dengan puas.
          
          Sepupuku berusaha menahan tawanya, "Tapi aku sungguh terkejut dia ada disini. Aku sudah cemas denganmu, tapi sepertinya kamu bisa melewatinya dengan cukup bagus." Katanya.
          
          Aku mengangguk puas, "Yah, aku juga terkejut. Tapi sekarang aku jadi mengetahui satu hal setelah bertemu dengannya."
          
          "Apa?" Sepupuku menaikkan alisnya, penasaran dengan yang aku maksud.
          
          "Aku belum sepenuhnya bisa move on darinya. Tapi aku merasa lebih lega setelah bertemu dengannya." Senyuman puas merekah di wajahku. "Meski aku sangat gugup, setidaknya aku bisa bersikap ramah padanya, haha." Aku menambahkan dengan puas.
          
          Sepupuku tertawa puas, dia ikut senang. "Bagus! Ini baru sepupuku." Katanya sambil memelukku erat.

BintangJatuh1799

- Bertahan -
          
          Beberapa hari ini aku merasa mulai kehilangan semangat. Aku hanya berusaha terlihat baik-baik saja, seolah aku tidak peduli lagi.
          
          Tapi ketika aku mulai mendapatkan semangatku lagi, kenapa kamu tiba-tiba muncul di hadapanku?
          
          Hatiku sakit, rasanya aku ingin mengamuk dan menangis sejadinya. Aku mengepal tanganku dengan kuat untuk menahan gejolak emosi yang ada di dalam diriku.
          
          Kamu tidak menyapaku, akupun juga tidak menyapamu. Mungkin karena kamu menyadari ekspresi wajahku yang sedikit mengeras saat mata kita saling bertemu. Itu bagus, aku sedang tidak ingin menyapamu.
          
          ***
          
          "Apakah aku berlebihan bersikap begitu? Aku memang sakit hati, tapi aku merasa sikapku berlebihan dan tidak sopan." Suaraku sedikit bergetar di pelukan temanku, tapi aku tidak menangis.
          
          "Tidak, sikapmu wajar. Kamu wajar untuk merasakan sakit hati, kamu wajar merasa sedih dan marah kepadanya." Temanku mengelus rambutku. Ia berusaha untuk menenangkanku dengan kehangatannya. "Tapi semoga kamu tidak termakan oleh emosimu itu."
          
          Ingatanku kembali terbayang betapa bahagianya kamu berada bersama wanitamu.
          
          "Kamu ingin menjauhinya? Atau membalas dendam?" Temanku bertanya, tangannya masih terus mengelus rambutku dengan lembut.
          
          Aku tersentak dan menggeleng cepat, "Dia terlihat bahagia, bagaimana mungkin aku menghancurkan kebahagiaannya?" Mataku terbelalak menatapnya.
          
          "Aku juga tidak ingin menjauh darinya. Malah aku berpikir akan bagus jika aku lebih sering bertemu dengannya. Semakin sering aku merasakan sakit hati saat bertemu dengannya, aku akan terbiasa dengan rasa sakit itu, bukan?." Mataku menatap lantai dengan sayu.
          
          Temanku menghela napasnya dengan sedih dan menggeleng, "Kenapa kamu berpikir jika terus merasakan sakit, kamu akan terbiasa seolah tidak terjadi apa-apa?"
          
          Seperti anak panah yang terbang dan menusuk tepat sasaran di hatiku. Sakit.
          
          "Karena dengan begitu aku bisa bertahan." Aku menjawab pertanyaan temanku setelah diam beberapa menit.