- Lega -
"Bagaimana kabarmu?" Aku bertanya dengan senyuman ramah di wajahku.
Dia menatapku sejenak, "Aku baik." Dia menjawab dengan senyuman. "Kamu sendiri?"
"Yah, seperti yang kamu lihat." Aku mengangkat bahu dan tertawa kecil.
Dia mengangguk, "Kalau begitu aku kesana dulu, ya." Katanya sambil menunjuk keluar.
Aku mengangguk dan melambai sedikit saat dia mulai melangkah keluar aula.
Begitu sosoknya menghilang dari pandanganku, aku segera berbalik dan berpegangan di tepi meja. Kakiku terasa lemas, jantungku berdetak dengan sangat cepat, bahkan aku sedikit merasa sesak. Aku bisa merasakan tubuhku sedikit gemetar.
"Tadi itu cukup menegangkan, ya?" Sepupuku sedikit menyeringai mengejek.
Aku menarik napas yang dalam dan mulai menenangkan diriku.
"Seperti yang kamu lihat. Aku bisa bersikap normal meski setengah mati menahan rasa gugupku." Aku membalas seringai sepupuku dengan puas.
Sepupuku berusaha menahan tawanya, "Tapi aku sungguh terkejut dia ada disini. Aku sudah cemas denganmu, tapi sepertinya kamu bisa melewatinya dengan cukup bagus." Katanya.
Aku mengangguk puas, "Yah, aku juga terkejut. Tapi sekarang aku jadi mengetahui satu hal setelah bertemu dengannya."
"Apa?" Sepupuku menaikkan alisnya, penasaran dengan yang aku maksud.
"Aku belum sepenuhnya bisa move on darinya. Tapi aku merasa lebih lega setelah bertemu dengannya." Senyuman puas merekah di wajahku. "Meski aku sangat gugup, setidaknya aku bisa bersikap ramah padanya, haha." Aku menambahkan dengan puas.
Sepupuku tertawa puas, dia ikut senang. "Bagus! Ini baru sepupuku." Katanya sambil memelukku erat.