Senja selalu datang membawa janji perpisahan yang hangat, meninggalkan gurat jingga seolah enggan benar-benar pergi, sementara malam tiba tanpa suara, menyelimuti segalanya dalam gelap yang tak memberi ruang untuk kembali. Senja mengajarkan bahwa kehilangan bisa indah, malam meneguhkan bahwa kesunyian bisa begitu perih. Senja dan malam memang berjalan berdampingan, sama-sama gelap namun tak pernah serupa, sebagaimana aku dan kamu, begitu dekat di hadapan, namun serasa ribuan jarak memisahkan; kita hanya bersisian, tapi tak pernah saling menemukan.