Dear A,
Selamat hari ke 90.
Aku tidak pernah menduga bisa mencintaimu sehebat ini, saat kamu tidak memberi kabar rasa kesal dan cemas bercampur. Yang ada dipikiranku, “Dia sedang apa, ya? Lagi di mana dan sama siapa? Kenapa ga ngasih kabar?” Dititik inilah aku merasa insecure dan takut kehilangan kamu. Sebentar saja kamu hilang dari radarku, aku merasa jadi manusia paling menyedihkan.
Beberapa hari lalu aku membaca sebuah tulisan, “Obat dari rindu bukanlah temu, sebab setelah pertemuan akan ada perpisahan yang membuat rindu kembali hadir. Obat dari rindu itu adalah bersama.” Aku setuju dengan kalimat itu, semoga suatu hari nanti kita bisa tinggal bareng ya...
Di 26 yang ketiga ini, aku mulai mengenalmu lebih dekat, aku mulai mengetahui sifatmu yang kadang suka marah karena hal yang aku anggap sepele tapi buat kamu itu masalah besar. Jangan berubah ya tetap jadikan aku sebagai rumahmu, saat kamu terluka jadikan aku obat untuk menyembuhkan lukamu, saat kamu rapuh dan kehilangan arah aku ingin menggenggam tanganmu dan memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Dear A,
Terima kasih untuk cinta dan kasih sayang yang kamu beri, terima kasih untuk perhatian yang tak pernah absen. Terima kasih untuk setiap episode indah setiap harinya..
Bagaimana jika aku menyukaimu terus menerus? Sementara, aku bukan orang yang suka meluap-luapkan cinta. Cenderung diam. Apa kamu masih mau bersama manusia kaku ini?