EnVersion

Aku meneguk ludah saat kembali merasakan sakit karena ditinggalkan. Tidak ada yang baik-baik saja sebab perpisahan. Dan ia telah membantuku untuk menelaah setiap kejadian dalam kehidupan. Mana peringai tulus dan mana yang tidak. Mana peringai yang peduli dan mana yang sebenarnya hendak menyakiti. Semua hal telah diajarkan olehnya. Ia selalu berhasil membuka mataku dan membuatku yakin untuk mempercayainya. Sampai masa itu, aku tidak percaya lagi dengan kalimat yang menyatakan selalu ada. Karena terlepas dari itu, aku, kamu, dan kita semua adalah semata-mata tetap milik-Nya dan akan kembali kepada-Nya. 
          
          Aku beranjak dari tempat tidur, menyibak gorden yang kini memperlihatkan keramaian kota di malam hari dari ketinggian 60 lantai. Aku menyukai ketinggian, karena dengan begitu aku berharap bisa semakin dekat dengannya. Meski hanya dalam balutan pelukan yang semu tetapi aku percaya, angin malam yang menelisik kulitku adalah ia yang menghampiri untuk melepas rindu. 
          
          Tepat dua tahun setelah hari itu, tepat dua tahun kami sama-sama meninggalkan dalam artian yang berbeda. Tatapanku kembali menerawang ke atas langit. Membayangkan wajah itu dengan senyum pesonanya. Senyum yang memenangkan dan menyenangkan di waktu yang bersamaan. 
          
          Li, bagiamana jika aku mengunjungimu di sana?
          
          ... 
          hey, Dear. izin promosi ya, siapa tahu nyangkut  makasih banyak-banyak 
          
          https://www.wattpad.com/story/220892297?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_reading&wp_page=reading&wp_uname=EnVersion&wp_originator=a8l%2BW%2FDln5qPTaodX4%2FFA925yvlNAfg%2BpH1afzZjFUm7LExzBM0egAZXVNxkS%2FbIqN99Bl2sYiroUvap5%2BJ3p%2FauGb5bvvRjg%2FFgxbRXmrMn9DYanMzLNJ02GKGQNbgk
          
          

Hipoehepoe777

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice

Putihnyaawan

Hello Kak, salam kenal. Izinkan aku untuk merekomendasikan cerita seru ya ...
          
          Wisuda. 
          
          Kata yang menunjukkan sebuah pencapaian luar biasa bagi seluruh mahasiswa, karena mereka telah berhasil melalui lika-liku kehidupan kampus. Seharusnya momen tersebut menjadikan Aurum Andascara, mahasiswi berwajah cantik dan ber-ipk tinggi bahagia, akan tetapi ini sebaliknya, penuh kemuraman, kesedihan, serta tangan yang bermandikan darah. Walaupun begitu, ia kepalkan erat-erat, obsidionnya memandang lekat pemandangan sungai yang tak jauh dari hadapannya.
          
          "Maaf ... maafkan aku ..." katanya dengan gemetar. Tak ada orang yang menyahut, selain suara klakson dari lalu lalang kendaraan yang melintas. Semilir angin membelai halus rambut pirang yang acak-acakan. Bukan hanya itu, sang bayu tersebut menjadikan dirinya semakin sesak, malam yang sunyi, rembulan juga malu-malu untuk melihat sosok yang tengah mengalami depresi berat. 
          
          "Maaf ...." 
          
          Setelah itu, Aurum menaiki pembatas jalan, lalu terjun bebas ke bawah sana, sungai yang deras akan air jernihnya.
          
          Bug ...
          
          
          
           Https://www.wattpad.com/story/173217135
          

putrivia_

          Haii kak, suka teenfiction atau fiksi remaja? Coba baca cerita ELGAZA yuk! Castnya Lin Yi dan Xing Fei (Fair Xing) lohh ... Coba yuk! Siapa tau suka. Jangan lupa untuk di vote dan kalau ada kritik dan saran bisa di komen. Dan jangan lupa tambah ke perpustakaan/reading list yaaa ... Thank you :)
          
          
          https://my.w.tt/KQ8txuQj75
          
          

Distayola

@ putrivia_  suka dua duanya siokee nanti tak coba bacaaa yaaa,muakasihh saranyaa❤❤
Reply