Cklek!!
Suara pintu tertutup.
Hempasan angin terdengar samar, kemeja dan celana panjang melayang, teronggok kasar di atas lantai.
Seringaian bibirnya culas, lidah membasahi bibir keringnya. Rangkakan kaki di atas ranjang, tawa licik terdengar dari mulutnya.
Rengekan putus asa terdengar samar, kedua tangan terikat di sisi ranjang, kaki tak sanggup menendang, terhalang tali terpasang di pergelangan.
"Tsk... tsk... tsk...," suara pria itu.
Si wanita menggeleng penuh ketakutan. Dia tidak mungkin bisa melarikan diri. Monster di hadapannya tidak menunjukkan belas kasihan sedikit pun untuknya.
"Kau milikku," desis pria itu. Tangannya membukai ikatan mulut pembekap si wanita. Seketika itu juga teriakan nyaring terdengar. Dia berusaha meminta pertolongan.
"Berteriak sepuasmu. Tidak ada yang akan menolongmu. Kau selamanya menjadi tawananku." Pria itu mencibir sinis, bersiap menyentuhkan tubuhnya pada si wanita.
"TIDAKKK!!!! JANGANNNN!!!!" .................
"Adik lagi nonton apa?" tanya Kakak yang baru saja pulang dari sekolahnya.
Dengan cepat adik memindahkan layar laptopnya, mengalihkan pada layar lain. Wajahnya kentara dan pucat pasi, tapi si kakak tidak curiga.
"Enggak lihat apa-apa kok, Kak." Si adik cengengesan, menampilkan senyum terbaiknya. Sungguh jantungnya berdebar tak karuan.
Alis Sang Kakak meninggi, tapi dia tidak berkomentar.
"Ayo makan. Sebelum Papa-Mama pulang dan berantem lagi."
Si adik menerima tangan kakaknya, mereka pergi ke rumah makan di blok sebelah. Tempat mereka biasa menghabiskan waktu hingga sore menjelang......
