CIRENG
Di meja sederhana,
asap hangat cireng menari pelan,
malam terasa lebih ramah
setelah perang panjang di arena virtual.
Gurihnya meleleh di lidah,
renyahnya pecah di gigi,
seolah tiap gigitan berkata:
"kau sudah bertahan, kau sudah menang."
Malam ini bukan sekadar lapar yang terjawab,
tapi penawar lelah,
penyembuh amarah,
yang hadir dalam balutan tepung dan minyak panas.
Dan aku tersenyum kecil,
karena ternyata,
bahagia kadang sesederhana
cireng hangat yang menemani
jiwa yang akhirnya tenang.