Kim_Achaaa

Hallo kak, izin promosi ya(・ิω・ิ)ノmakasih sebelum nya... 
          
          Setelah dibunuh oleh suaminya sendiri, Clara malah merasuk ke dalam tubuh orang lain yang ia duga adalah karakter antagonis tambahan dalam novel Ariella Cake?
          
          Tapi dia sudah cukup lama melupakan alur cerita itu! Di tambah nasib karakter yang ia masuki benar-benar sial, karna harus mati konyol! Apa yang harus Clara lakukan sekarang? Tentu saja tetap bertindak sesuai peran antagonis yang ia terima.
          
          Namun, kenapa pria itu malah tertarik padanya!
          
          
          https://www.wattpad.com/story/324173178?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Kim_Achaaa

ur_maev

[SEBAGIAN CERITA DIAMBIL DARI KISAH NYATA!!]
          
          Dunia tidak berjalan sesuai kehendak mu, makanya dunia itu tidak adil. 
          
          Orang-orang bilang 'jangan mengeluh, banyak yang mau punya hidup kayak kamu'. Omong kosong, mereka bicara begitu hanya karena mereka melihat ke bagian terang, dan berpaling dari bagian gelap. 
          
          Banyak omong kosong lainnya. 
          Apalagi kata 'janji'. Cih, mengatakan nya seolah sanggup untuk menyanggupinya. Membuat kita terlalu berharap pada yang tak pasti. Sialan sekali. 
          
          "Ngeluh boleh, nyerah jangan. Kalau kamu butuh bahu, aku siap. Datang ke aku" -Skala.
          
          "Katanya ketemu lagi?" -Bumi.
          
          https://www.wattpad.com/story/348070621?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_writing&wp_page=create&wp_uname=ur_maev

Pica_zeno

Misi kak, izin promosi...
          
          ***
          
          Penelope tidak pernah, bahkan sekalipun, memikirkan kemungkinan terlibat dalam kisah percintaan.
          
          Apalagi jika itu dengan Reinhard si Gila.
          
          Penelope hanyalah rakyat biasa yang beruntung menjadi penyihir Auror, penyihir tingkat tujuh dari delapan tingkat penyihir.
          
          Hidup damai tanpa gangguan. Hingga suatu hari, datanglah dia - penyihir agung yang penuh pesona kelam, Reinhard. Pria yang dikenal tidak hanya karena wajah tampannya, tapi juga ketidakwarasan yang menggema di seluruh dunia.
          
          Sejak saat itu, Penelope selalu digentayangi. Bukan oleh pilihannya sendiri, melainkan karena Reinhard. Pria yang tak pernah mengenal kata menyerah, yang berjalan di garis tipis antara kegilaan dan jenius, mulai hadir di setiap sudut hidupnya. Pertemuan mereka bukanlah takdir yang ia harapkan, namun kehadirannya terasa seperti perangkap yang mustahil dihindari.
          
          Terlalu dekat dan terlalu berbahaya.
          
          Di tengah desas-desus tak menyenangkan dan tatapan penuh kecemasan dari rekan-rekannya, Penelope mendapati dirinya terperangkap dalam permainan kucing dan tikus, di mana dia tak yakin, siapakah yang menjadi buruannya - dirinya ataukah si penyihir gila itu.
          
          
          
          https://www.wattpad.com/story/380645493?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Pica_zeno

Lu_readmind

Permisi mau Promosi, boleh ya… 	
          ----	
          Kami terbangun karena suara alarm yang terus menerus.
          Aku diam sejenak memperhatikan Davi yang terburu-buru. Aku menyelimuti tubuhku sambil bersandar di kasur. Aku menunggunya mengatakan sesuatu tapi dia seperti tidak mempedulikan keberadaanku "Davi," panggilku akhirnya.  
          Dia menoleh lalu berjalan ke sebelahku untuk mengambil jam tangan dan handphone di nakas. Dia menarik nafas berat ketika mata kami bertemu pandang, caranya melihatku seperti orang putus asa. Aku masih menunggu reaksinya. "Jullie kita nggak pakai pengaman." 
          "Iya.." 
          Dia menelan ludah, menunduk sejenak, matanya memperlihatkan kegelisahan. "Jull. Maafin aku..." 
          Tiba-tiba aku bisa membaca kemana arah pembicaraan kami. Semua yang dimulai dari maaf berakhir mengecewakan!
          "Ini salah banget! Aku harap kamu bisa ngelupain malam ini." Dia menatapku sungguh-sungguh.
          Aku tidak bereaksi.
          "Aku ingin kita sepakat bahwa tidak terjadi apapun di antara kita. Kita cuma menghabiskan malam bersama. Tidak ada rasa di antara kita, benar?" 
          Aku menggigit bibir bawahku, menahan amarah dan air mata yang ingin kutumpahkan detik itu juga. Rasanya ingin berteriak untuk menjawab pertanyaannya tapi dia tidak butuh responku, dia menganggukan kepala singkat lalu berpamitan pergi.  
          Tidak ada rasa diantara kita? Tidak ada? 
          Aku tertawa dingin, tawa itu diiringi oleh air mataku. Bisa-bisanya dia memutuskan sendiri bahwa aku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya tanpa bertanya dulu. 
          Lalu bagaimana dengan aku, bagaimana dengan tubuh telanjangku yang ditinggalkan tanpa penghargaan, tanpa maaf, tanpa perbincangan? Aku tidak ada bedanya dengan kondom di tong sampah, habis dipakai dibuang. 
          ————————
          MAAF YA KALO PROMOSINYA KEPANJANGAN PIS ✌️
          https://www.wattpad.com/story/311846801-single-father-number-225

AggnezH

Hai Kak ^^
          Salam Kenal ya— 
          
          Btw, aku lagi Open Member "GC Feedback" di WA lho, jadi kita-kita yang ada di GC bisa saling feedback (vote & komen) tulisan kita secara berkala gitu, siapa tau Kakak berminat, —silahkan hubungi aku ya di 0895-3155-6914 (Agnes) ^^
          
          Thank You ^^