Teruntuk Tuan, yang namanya selalu aku semogakan.
Bolehkah aku merindukanmu? Rindu akan senyumanmu, rindu akan mata indah saat kau menatapku.
Sejak saat kejujuran ku, aku merasa kau berbeda Tuan. Aku menyesal telah mengungkapkan itu semua. Seharusnya, mulut ini tetap terkunci rapat, dan ku kontrol segala sikap dan perkataanku. Agar tidak ada yang berubah, tetap jalan seperti sediakala. Tuan, mungkin bagimu perkataanku itu terlalu cepat. Tapi bagiku itu tidak. Karna, perlakuanmulah yang membuat keberanian dalam diriku perlahan menampakan diri. Perlakuanmu kepadaku bukan seperti sekedar kawan biasa. Aku bingung, engkau yang terlalu friendly atau memang menyimpan rasa terhadapku. Ini bukan aku terlalu PD, tapi sikapmu terlalu jelas.