Hai, salam kenal. Yuk Kak mampir keceritaku. Ini cuplikannya
Gadis Malam
Aku dihadapkan dua pilihan, menikah dengan lelaki renta bau tanah yang tak lain ayah kekasihku, atau menjadi wanita penghibur. Mungkin benar, Allah memang tidak adil. Atau, sebenarnya Dia hanyalah dongeng pengantar tidur untuk orang-orang dungu. Tak pernah ada.
***
"Mau atau tidak?" Suara bapak terdengar pelan. Ini sudah kedua kalinya lelaki bertubuh ringkih itu bertanya dengan sorot tak tega. Entah benar iba, atau hanya bualan belaka.
Di samping bapak, ibu terus terisak. Tubuh ringkihnya yang dibalut kebaya usang, berguncang keras. Kesedihan tergurat jelas di wajah sembabnya. Punggung tangan ibu berkali-kali mengusap mata.
Berbeda dengan bapak yang amat kubenci, pada ibu, diri ini begitu sayang. Hanya ibu dan Aan yang selalu kucintai. Sementara pada bapak ... ah, sebenarnya, memanggilnya bapak pun aku ogah. Apa layak ia dipanggil bapak oleh kedua anaknya?
"Jika menikah denganku, hidupmu akan enak, Nduk. Hartaku melimpah, bisa kamu pakai