Aku dari sekian orang yang tak lagi ingin memberi dan menerima cinta. Rasanya terlalu besar untuk menjadi penanggung jawab untuk seorang insan lemah dan tidak terpercaya sepertiku.
Kala itu, aku selalu melempar segala keluh kesahku dalam kotak kecil digital. Twitter, aku bisa menjadi siapa diriku di sana. Terlebih diriku yang sama sekali tidak mencintai diri sendiri ini.
Segalanya kulontarkan di sana, bahkan cacianku kepada atasanku yang sangat menjengkelkan itu. Mengingat wajahnya saja rasanya ingin kurontokkan giginya.
Tiap malam merambah, rasa takut bermunculan di kepalaku, menjadikanku cemas dan gelisah tak tentu arah, seperti ikan yang panik mencari jalan keluar dalam akuarium yang terbatas.
Terkadang aku menangis, terkadang aku menggeliat ketakutan, terkadang aku hanya diam di sudut ruangan sembari membenturkan kepala.
Malam itu aku melampiaskan segalanya di kotak kecil digital itu, setelah aku merasa lebih baik.