v3feyy

Hai kak... izin promosi yaww 
          kalau berminat baca cerita tentang keluarga, pertemanan, percintaan seseorang jadi satu gitu boleh mampir ceritaku ya, semoga suka. kalau mau vote back dan follback juga boleh bgtt, makasiii(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
          
          https://www.wattpad.com/story/386490816?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=elinee_written

fratukirana

Kak aku udah dukung kakak dengan vote ditunggu backnya ya kak
          
          YANG LAIN KALAU MAU FEEDBACK, VOTEBACK, SALING KOMEN ATAU FOLLOWBACK AYO (tapi kamu duluan) AKU PASTI BALAS KOK
          
          https://www.wattpad.com/story/400572430?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_writing&wp_page=create&wp_uname=fratukirana
          
          Semoga kakak suka cerita aku yang bergenre fiksi kerajaan ini

Gem_Nien

Done ya votebcknya, jgn lupa fllbck aku ya ^^
Reply

Lu_readmind

Permisi numpang promosi 
          —————————potongan singkat SINGLE FATHER NUMBER 225
          
          Davi sedang berusaha mengenakan kembali pakaiannya, dia terus mengumpat. Matahari belum muncul, aku menoleh pada jam dinding, masih jam tiga pagi ini terlalu pagi untuk berbenah.
          "Kam.." Suasana jadi sangat canggung. "Mmm..." Aku harus memulai dari mana? Davi terlihat marah dan terburu-buru aku tidak enak untuk menegurnya.
          Aku diam sejenak memperhatikan Davi yang terburu-buru. Aku menyelimuti tubuhku sambil bersandar di kasur. Aku menunggunya mengatakan sesuatu tapi dia seperti tidak mempedulikan keberadaanku "Davi," panggilku akhirnya.
          Dia menoleh lalu berjalan ke sebelahku untuk mengambil jam tangan dan handphone di nakas. Dia menarik nafas berat ketika mata kami bertemu pandang, caranya melihatku seperti orang putus asa. Aku masih menunggu reaksinya. "Jullie kita nggak pakai pengaman."
          "Iya.."
          Dia menelan ludah, menunduk sejenak, matanya memperlihatkan kegelisahan. "Jull. Maafin aku..."
          Tiba-tiba aku bisa membaca kemana arah pembicaraan kami. Semua yang dimulai dari maaf berakhir mengecewakan!
          "Ini salah banget! Aku harap kamu bisa ngelupain malam ini." Dia menatapku sungguh-sungguh.
          Aku tidak bereaksi.
          "Aku ingin kita sepakat bahwa tidak terjadi apapun di antara kita. Kita cuma menghabiskan malam bersama. Tidak ada rasa di antara kita, benar?"
          Aku menggigit bibir bawahku, menahan amarah dan air mata yang ingin kutumpahkan detik itu juga. Rasanya ingin berteriak untuk menjawab pertanyaannya tapi dia tidak butuh responku, dia menganggukan kepala singkat lalu berpamitan pergi.
          ———————kalo mulanjut bisa mampir https://www.wattpad.com/story/311846801-single-father-number-225