“Rinjani!” Dinda maupun Rinjani tentu saja bertanya-tanya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Jika Dinda dan gadis lainnya akan berteriak senang saat Devan menyodorkan bunga padanya. Berbeda halnya dengan Rinjani yang justru menatap Devan dengan satu alis terangkat, heran.
“Apa ini?” tanya Rinjani tak mengerti. Ia hanya memandang buket bunga yang disodorkan Devan padanya tanpa berniat untuk menerimanya sama sekali.
“Tentu aja ini bunga buat kamu, masih nanya lagi.” Senyum Devan merupakan hal yang tak bisa ditolak oleh para kaum hawa. Seharusnya itu juga berlaku bagi Rinjani, namun melihat senyum Devan seperti sekarang, justru Dinda yang tak bisa berhenti menatap dengan kagum.
“Buat aku?” gumam Rinjani dengan nada tidak percaya, lalu tatapannya berganti horor. Dia berpaling ke sekelilingnya, menyadari bahwa mereka berdua kini menjadi pusat perhatian. Suatu hal yang sangat dibenci oleh Rinjani. Mereka mungkin sedang berpikir bahwa Devan sedang menyatakan cinta padanya.
“Terima aja, kapan lagi kamu dikasih bunga sama Kak Devan,” bisik Dinda di sebelahnya, sudah seperti setan saja. “Sayang sekali kalau kamu tolak.”
“Kasih aja ke Dinda.” Mendengar hal itu, Dinda melotot.
“Kenapa? Bukannya semua cewek itu suka bunga?” tanya Devan terheran. Tak menyangka jika bunga pemberiannya ditolak begitu saja.
“Anggap aja pengecualian buat aku.” Rinjani menyingkir dari hadapan Devan, membuat semua orang yang ada di sana mencibir perilaku Rinjani yang menolak Devan.
“Rinjani mungkin bukan termasuk ke dalam kategori cewek yang kakak sebutkan,” Dinda mengambil bunga dari tangan Devan, “tapi aku termasuk cewek yang sangat menghargai pemberian,” tambah Dinda dengan memasang senyum lebar berseri-seri.
Saya baru saja menerbitkan " Bab 10 " cerita saya" YOUTH : RE-Write ". https://www.wattpad.com/1007531746?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati