Helloindahwati

          	"Sial!"
          	
          	Ini sudah umpatan yang keseratus kalinya terlontar dari mulut Lyra, kini kedua tangan dan kakinya dibelenggu oleh rantai besi. Berkali-kali pula Lyra mencoba melepaskan diri dan berusaha menghancurkan rantai dikedua tangan serta kakinya, pada akhirnya semua berakhir dengan hembusan napas panjangnya. Dia lelah. Sudah cukup. Ia ingin menyerah dan menangis sekarang.
          	
          	"Bagaimana kabarmu, sayang?"
          	
          	Lyra mendongak, matanya yang berkilat menatap tajam sosok wanita yang dengan anggun berjalan menghampirinya. Seulas senyum mengejek tersungging di bibirnya yang berwarna merah darah.
          	
          	Lyra berusaha memasang wajah tak acuh.
          	"Baik. Seperti yang kau lihat. Aku merasa uhm ..," gadis itu berhenti sejenak, matanya beralih pada rantai yang mengikatnya dengan senyum ringan, "ini seperti aku merasa bebas karena tak perlu repot-repot menyelamatkan Fallerya," katanya sembari menunjukkan rantai yang mengikat kedua tangannya.
          	
          	Kalimat itu mengundang kerutan tipis di dahi Arora.
          	"Apa maksudmu? Apa kau sedang bercanda denganku?!" tanyanya merasa tersinggung.
          	
          	Dia tak habis pikir dengan gadis dihadapannya ini, walaupun kedua tangan dan kakinya ia rantai. Lyra masih bisa menampakkan senyum ringan dan wajah tenangnya. Ia merasa seolah gadis itu sedang mengejeknya.
          	Saya baru saja menerbitkan " Bab 20 - The Catching 2 " cerita saya" FALLERYA : Legend of Fairies ". https://www.wattpad.com/558007943?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

          "Sial!"
          
          Ini sudah umpatan yang keseratus kalinya terlontar dari mulut Lyra, kini kedua tangan dan kakinya dibelenggu oleh rantai besi. Berkali-kali pula Lyra mencoba melepaskan diri dan berusaha menghancurkan rantai dikedua tangan serta kakinya, pada akhirnya semua berakhir dengan hembusan napas panjangnya. Dia lelah. Sudah cukup. Ia ingin menyerah dan menangis sekarang.
          
          "Bagaimana kabarmu, sayang?"
          
          Lyra mendongak, matanya yang berkilat menatap tajam sosok wanita yang dengan anggun berjalan menghampirinya. Seulas senyum mengejek tersungging di bibirnya yang berwarna merah darah.
          
          Lyra berusaha memasang wajah tak acuh.
          "Baik. Seperti yang kau lihat. Aku merasa uhm ..," gadis itu berhenti sejenak, matanya beralih pada rantai yang mengikatnya dengan senyum ringan, "ini seperti aku merasa bebas karena tak perlu repot-repot menyelamatkan Fallerya," katanya sembari menunjukkan rantai yang mengikat kedua tangannya.
          
          Kalimat itu mengundang kerutan tipis di dahi Arora.
          "Apa maksudmu? Apa kau sedang bercanda denganku?!" tanyanya merasa tersinggung.
          
          Dia tak habis pikir dengan gadis dihadapannya ini, walaupun kedua tangan dan kakinya ia rantai. Lyra masih bisa menampakkan senyum ringan dan wajah tenangnya. Ia merasa seolah gadis itu sedang mengejeknya.
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 20 - The Catching 2 " cerita saya" FALLERYA : Legend of Fairies ". https://www.wattpad.com/558007943?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

Aku menyesali semuanya, setiap pilihan, setiap keputusan, setiap luka dan rasa sakit. Aku mencoba untuk mencari jalan lain, terus mengubah arah, berharap di antara semua jalan yang kulalui, aku menemukan satu jawaban yang kuinginkan. Sampai pada bagian tertentu, aku menyadari, setiap keputusan dan pilihan selalu memiliki konsekuensi. Aku hanya berusaha mengambil konsekuensi yang mampu kuhadapi. Biarkan ini kelak mengajarkan diriku bahwa setiap keputusan dan pilihan, tetap melahirkan sebuah tanggung jawab yang tak akan bisa kita lepaskan begitu saja. Entah lebih baik, atau bahkan lebih buruk
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 12 " cerita saya" YOUTH : Rewrite ". https://www.wattpad.com/1025497564?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

Hidup kadang bisa sangat menyebalkan dan melelahkan.
          
          Di suatu waktu, kamu mungkin merasa begitu lelah dan tak ingin melakukan apa pun. Tidak masalah.
          
          Tidak perlu terlalu berusaha keras seperti orang yang kamu lihat di luar sana.
          
          Kamu bisa bangun dari tempat tidur dan membalut lukamu perlahan, tak perlu memaksakan diri. 
          
          Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk bertahan.
          
          Bukankah itu sudah lebih dari cukup?
          
          •••••
           
          
          Aku turun dari bus dan berjalan masuk ke area sekolah. Aku berhenti sejenak ketika kakiku memasuki halaman. Di belakang gedung laboratorium, aku melihat Kak Devan tengah bersama dengan seseorang, gadis itu adalah Alena. Salah satu anak populer di sekolah. Sudah banyak rumor yang mengatakan bahwa dulu mereka memiliki hubungan istimewa.
          
          Aku tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Alena terlihat tersenyum lebar lalu merangkul lengannya. Kak Devan tampaknya menerima perlakukan itu. Apa mereka sungguh punya hubungan istimewa?
          
          
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 11 " cerita saya" YOUTH : Rewrite ". https://www.wattpad.com/1007533399?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

“Meskipun mereka bertanya, belum tentu artinya mereka benar-benar peduli dengan masalah kakak.”
          
          Dia menatapku dengan tatapan meminta penjelasan.
          
          Aku mengela napas pelan, tersenyum tipis. “Saat orang lain mendengar cerita sedih seseorang, biasanya mereka banyak bertanya. Awalnya itu dimulai sebagai rasa penasaran. Lalu hal itu berubah menjadi belas kasihan. Lalu rasa kasihan yang berubah menjadi kebaikan.”
          
          “Pada akhirnya mereka menunjukkan kekhawatiran. Tapi itu hanya beberapa. Aku sudah mendapatkan berbagai tatapan dari mereka. Awalnya mereka akan bersikap baik dan seolah peduli, tapi seiring waktu, kebaikan itu berubah menjadi ketidakacuhan.”
          
          Aku percaya. Tidak ada kebaikan yang akan bertahan selamanya. “Bukankah itu sangat menjengkelkan?” tanyaku dengan senyum kecil.
          
          “Itu karena mereka ingin mendengar bahwa kamu menderita, dengan begitu, akan menjadi bukti bahwa mereka lebih beruntung.” Dia menatapku. “Begitulah manusia. Mereka ingin memberikan simpati alih-alih menjadi korban.”
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 13 " cerita saya" YOUTH : Rewrite ". https://www.wattpad.com/1025499199?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

"Kau ... membunuh Brenda?" Suaranya berubah menjadi berat dan serak. Lyra mulai tak bisa mengendalikan perasaannya ketika Lean menggumamkan kata maaf dari bibirnya. Seolah hal itu menjawab pertanyaannya.
          
          Lyra terpaku. Tubuhnya mulai bergetar saat mendapati kebenaran itu. "Bukankah kalian mengatakan padaku jika membawanya ke tempat yang aman?" Lean tak menjawab, kepalanya menunduk menghindari tatapan Lyra yang menghujam ke dalam matanya.
          
          Gadis itu melangkah mendekat, meremas jubah Lean dengan marah. "Kau berbohong?" tanyanya meradang. "Kalian berbohong padaku?!" Lyra berpaling pada Winny yang juga menunduk takut menghadapi kemarahan sang putri Fairies.
          
          "Benarkah itu, pangeran?! Katakan!" serunya marah.
          
          Tak ada satu katapun yang keluar dari bibirnya selain tatapannya yang menatap Lyra dengan rasa bersalah.
          Melihat tatapan Lean, Lyra merasa tertampar. Gadis itu meremas tangannya dengan erat hingga buku-buku jarinya memutih, menahan amarah yang membludak.
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 19 - The Cacthing 1 " cerita saya" FALLERYA : Legend of Fairies ". https://www.wattpad.com/557694285?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tanganku yang mulai berkeringat dingin, terus menggenggam sisi jubahku. Lean yang berjalan di sisiku, melihat kegelisahanku. Tanpa berkata apapun, ia meraih jemariku dan menggenggamnya erat. Menyingkirkan segala macam kemelut dalam hatiku. Aku tersenyum berterima kasih. Setidaknya, untuk saat ini aku memiliki dia yang akan selalu ada di sisiku.
          
          "Tenanglah, putri. Aku bersamamu," bisiknya menggelitik di telingaku. Aku berpaling, tersenyum sekilas pada lelaki beriris biru safir di sampingku.
          
          "Kau mencoba menenangkanku atau menggodaku, pangeran?" Aku tersenyum sembari mengangkat sebelah alisku.
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 18 - The Allies " cerita saya" FALLERYA : Legend of Fairies ". https://www.wattpad.com/548137380?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

Kita hidup di negeri yang lucu. 
          Di mana pemangku kekuasaan menjadi poros dari penderitaan.
          Hukum menjadi permainan yang bisa diotak-atik sesuai kebutuhan.
          Demokrasi berdiri dengan mata tertutup, telinga ditulikan, dan mulut dibungkam.
          Pelan-pelan, negara ini mati ditangan bangsanya sendiri.
          Saya baru saja menerbitkan " 27. Demokrasi Mati " cerita saya" Catatan Kebebasan  ". https://www.wattpad.com/1549968092?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

          “Rinjani!” Dinda maupun Rinjani tentu saja bertanya-tanya dengan ekspresi yang berbeda-beda. Jika Dinda dan gadis lainnya akan berteriak senang saat Devan menyodorkan bunga padanya. Berbeda halnya dengan Rinjani yang justru menatap Devan dengan satu alis terangkat, heran. 
          
          “Apa ini?” tanya Rinjani tak mengerti. Ia hanya memandang buket bunga yang disodorkan Devan padanya tanpa berniat untuk menerimanya sama sekali. 
          
          “Tentu aja ini bunga buat kamu, masih nanya lagi.” Senyum Devan merupakan hal yang tak bisa ditolak oleh para kaum hawa. Seharusnya itu juga berlaku bagi Rinjani, namun melihat senyum Devan seperti sekarang, justru Dinda yang tak bisa berhenti menatap dengan kagum. 
          
          “Buat aku?” gumam Rinjani dengan nada tidak percaya, lalu tatapannya berganti horor. Dia berpaling ke sekelilingnya, menyadari bahwa mereka berdua kini menjadi pusat perhatian. Suatu hal yang sangat dibenci oleh Rinjani. Mereka mungkin sedang berpikir bahwa Devan sedang menyatakan cinta padanya.
          
          “Terima aja, kapan lagi kamu dikasih bunga sama Kak Devan,” bisik Dinda di sebelahnya, sudah seperti setan saja. “Sayang sekali kalau kamu tolak.” 
          
          “Kasih aja ke Dinda.” Mendengar hal itu, Dinda melotot. 
          
          “Kenapa? Bukannya semua cewek itu suka bunga?” tanya Devan terheran. Tak menyangka jika bunga pemberiannya ditolak begitu saja. 
          
          “Anggap aja pengecualian buat aku.” Rinjani menyingkir dari hadapan Devan, membuat semua orang yang ada di sana mencibir perilaku Rinjani yang menolak Devan. 
          
          “Rinjani mungkin bukan termasuk ke dalam kategori cewek yang kakak sebutkan,” Dinda mengambil bunga dari tangan Devan, “tapi aku termasuk cewek yang sangat menghargai pemberian,” tambah Dinda dengan memasang senyum lebar berseri-seri. 
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 10 " cerita saya" YOUTH : RE-Write ". https://www.wattpad.com/1007531746?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

“Aku boleh duduk di sini?”
          
          Aku mendongak, mendapati laki-laki pemilik lesung pipi itu berdiri di depanku. Selain kedua lesung pipinya yang tampak jelas tiap kali dia tersenyum, kedua matanya pun ikut tersenyum melengkung membentuk bulan sabit. Rambutnya selalu disisir rapi ke belakang dengan memperlihatkan dahinya yang lebar, sebuah kaca mata tebal bertengger di hidung mancungnya. Sekali melihat, semua orang pasti tahu bahwa dia tipe murid pintar kesayangan para guru di kelas. Namun dia jauh dari aura anak kutu buku dengan penampilan yang cupu, entah kenapa dia terlihat lebih keren dengan penampilannya yang rapi dan berkaca mata.
          
          Aku mengangguk setelah menyadarkan diriku sendiri, dia menarik kursi di depanku dan meletakkan pantatnya di sana. Sejenak melirik ke sudut lain perpustakaan, merasa heran karena ada banyak meja kosong di perpustakaan ini, tapi kenapa dia memilih duduk di sini?
          
          Aku menghela napas singkat, mencoba tak peduli dengan hal itu. Aku kembali fokus dengan tujuan awalku pergi ke perpustakaan, mencari bahan untuk mengerjakan tugas. Aku sama sekali tidak berniat ataupun berkeinginan untuk memulai percakapan. Kami hanya membiarkan kebisuan mengisi celah kosong di antara kami. Hingga pada beberapa menit selanjutnya, dia membuka suara. “Kemarin, tumben kamu dateng telat.” Dia meletakkan buku matematika ke atas meja.
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 09 " cerita saya" YOUTH : RE-Write ". https://www.wattpad.com/1007530110?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati

Helloindahwati

Kenyataannya, dunia sekolah dan dunia luar, jauh berbeda. Jika di sekolah kita harus belajar lebih dulu untuk bisa melewati ujian, sedangkan dalam hidup, kita harus melalui ujian terlebih dahulu untuk belajar sesuatu. Kami seakan dituntut untuk berlari kencang mengejar dunia yang terus berubah dan jika berhenti sejenak, seolah-olah kita akan tertinggal jauh di belakang. Kita seakan tidak diberikan waktu untuk menarik napas sebentar dan menata diri.
          
          “Tapi, apa kakak tahu? Untuk orang yang enggak punya status sosial tinggi atau dilahirkan dengan sendok emas ditangannya, mereka enggak punya pilihan selain harus berusaha dan belajar mati-matian dibandingkan orang lain biar enggak kehilangan apa pun. Aku mungkin enggak mendapatkan apa pun dengan belajar keras, tapi paling tidak aku enggak kehilangan satu-satunya hal yang aku miliki.” Aku berpaling, menatapnya dengan mata berkabut. “Diriku sendiri.”
          
          Aku hanya tidak ingin orang lain melihatku begitu menyedihkan hanya karena aku tidak berasal dari keluarga yang memiliki status sosial tinggi. Aku hanya tidak ingin orang lain memandangku rendah hanya karena aku tidak punya banyak uang. Setidaknya, ada satu hal yang bisa aku banggakan sebagai diriku sendiri. Pendidikan.
          Saya baru saja menerbitkan " Bab 08 " cerita saya" YOUTH : RE-Write ". https://www.wattpad.com/1007529462?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=Helloindahwati