Hening, malam penuh awan abu dengan kilatan cahaya yang saling menyambung. Viona duduk di kamar nya menatap layar handphonenya. Ia menghembuskan nafas kasar.
"Ah, ngarepin apa sih aku? Bego banget"
"Eh bentar, dia typing!"
Senyumnya mengembang. Ketika tahu Difta membalas chatnya. Hatinya berdebar. Viona berteriak kegirangan seperti memenangkan lotre. Lalu melemparkan tubuhnya ke ranjang sambil menepuk kedua pipi timbulnya.
Ting!
Difta
Aku tunggu besok
Viona
Ok
Mata mulai terpejam dengan memeluk erat guling kesayangan.
Menyembunyikan wajah yang memerah sebab chat Difta. Memikirkan kenapa tidak sejak dulu saja dia mengatakannya.
Bodoh memang. Viona terlalu banyak berfikir dan juga menyia-nyiakan kesempatan. Berkali-kali Difta sudah memberi kode tapi dia tak peka.
Difta
Jangan deg-deg an.
Sama..mimpiin aku.
Difta
Ya cantik
Difta
Udah tidur ya?
Ok deh
Pesan terakhir Difta ke ponsel Viona. Yang dia dengar sebelum benar-benar lelap.
Di kamar kecil ini Viona mencurahkan isi hatinya. Setiap kejadian sepanjang hari.
Dan juga, buku diary. Iya. Viona senang menuliskannya di sana.
Emosi yang tak di perlihatkan mungkin tergambar disini.
Entahlah. Dia merasa ragu pada orang di sekitarnya. Kedua orang tua nya juga tak di beri kepercayaan untuk tahu siapa "aku".
Diary itu di penuhi hiasan stiker gambar bunga dan bintang. Dan kata-kata di sampulnya.
'Ini aku si pemilik
Jika ingin mengenalku, mari bertemu dan bicara. Bukan melihat sampulku, karena aku bukan sebuah buku'
Menurutmu piye MB hen?
