Waktu itu, Aku tidak tahu jam berapa. Aku hanya tau, Aku berada di sebuah gubuk kecil yang berlantai pasir tanah liat. Dinding-dinding penuh lubang karena hanya berupa batang Sulam Rumbia dan atapnya berlapis pelepah kelapa kering. Waktu itu Aku masih mengingat, saat Ibuku menjerit kesakitan, mungkin itu penderitaan atau harapan masa depan. Ingin rasanya Aku menolong namun tidak tahu bagaimana. Segala gerakan, segala daya upayaku dan segala tangisku untuk membantunya hanya membuat Ibuku semakin menjerit. Aku telah membuatnya sangat menderita. Beban yang Aku berikan terlalu besar, akan tetapi Tuhan menguatkan Aku dan Ibu mengharuskan jalani semua.

Waktu itu, ada seorang Laki-laki terpaku di samping Ibu. Tangannya mulai mengenggam tangan Ibuku dan mengusap perlahan Dahinya. Hitungan detik menit membuat Beliau mulai menetes tangis menyaksikan perihnya jeritan Ibu. Hingga air matanya yang jatuh terdengar serupa Lafadz-lafadz Do'a harapan untuk menenangkan rintihan. Aku belum mengerti tentang apa yang di lafadzkan Lelaki itu. Namun, saat ini Aku telah memanggilnya dengan sebutan Ayah. Hari yang indah itu Aku dilahirkan, tepat pada hari Sabtu sore 19 April 1993. Jeritan, kesakitan dan penderitaan pun telah dilalui. Sesosok Bayi dengan berat 4 kilogram telah hadir ke Dunia. Ibu dan Ayah mengangkatku di Alas tikar dengan wajah penuh memar, Kulitku berlapis darah berwarna merah, tangan-tangan kasar akan perjuangan hidup membelai lembut Kulit-kulit Pipiku, hingga Mereka tersenyum membuat Aku sangat berarti. Mereka tidak bertengkar tentang siapa yang sangat Mirip, tidak juga berdebat tentang mata, rambut dan telinga yang sama. Akan tetapi Mereka merawat dengan Kasih sampai saat ini, hingga Aku kokoh berdiri di atas Bumi. Namaku, Iswadi Isa
  • JoinedMarch 17, 2017




Story by Iswadi M. Isa
MENGGUGURKAN DAUN-DAUN by IswadiIsa
MENGGUGURKAN DAUN-DAUN
Kadang Aku berfikir, Apakah Tuhan Mengetahui dan mau Memaafkan Kita atas Perbuatan Kita pada Sesama dan juga...
ranking #207 in tuhan See all rankings