“Kok nggak bilang mau pulang?” Suara tadi terdengar lagi.
Langgeng menoleh pada Luki, adiknya yang baru saja tiba—yang kini tengah mencomot tape goreng miliknya. “Kamu tuan rumahnya?” tanyanya balik.
Checkmate.
Luki berdecih, tapi sama sekali tidak terluka.
Tiga puluh tahun lebih hidup sebagai adik kandung Langgeng Notonegoro, tentu membuatnya kebal terhadap perlakuan-perlakuan keji sang kakak.
He’s just harsh on the outside. Luki, Bapak, dan juga Ibu—seluruh anggota keluarga kecuali Suri—paham betul hal itu.
Kenapa Suri dikecualikan? Well, she’s just born different.
Luki tidak bangga mengatakan hal ini, tapi kenyataannya anak bungsu orang tua mereka itu memang agak idiot. Perwujudan sempurna dari idiom ‘just a pretty face’.
Luki yakin, sekarang tuh cewek, beserta suaminya, sedang ngumpet di kamar. Sebisa mungkin menghindari interaksi dengan kakak sulung mereka hingga tiba waktunya makan malam.
“Belum, tapi rencananya sih iya. Kalau Bapak-Ibu jadi pindah ke Istana.” Luki cengengesan. Segera meninggalkan piring gorengan milik masnya, lalu berjalan mendekat ke kolam. Dia memasukkan sisa tape goreng di tangannya ke mulut, kemudian menarik tangan basah sang kakak untuk salim. “Nice to see you home, tulang punggung keluarga.”
==========
Speed Dial No.1 update:
https://www.wattpad.com/1581309040?