Tumpah ruah sisa penyesalan itu masih di ambang jendela, turun sedikit menjadi deras melihatkan pada dunia betapa pilunya hati seorang pemuda disana.
Hujan.
Namun kaki itu enggan melangkah pergi. Menetap memandang butir-butir tangisan langit yang menyapa.
Alunan pilu dari hatinya terdengar ringkih, berteriak keras bukti serapuh apa sosoknya.
Butir-butir penyesalan itu masih tertinggal disana, pada lelaki yang kini menangis ditemani nestapa bawah hidupnya tak pernah baik-baik saja.
Bahkan dunia setuju dengan pendapatnya, deras itu semakin keras.
Hujan itu menyayatnya pelan-pelan