"Hidup itu hanya sekali, Bi. Ayolah, kau harus bersenang-senang." Mendengar celotehan itu, Biu menutup bukunya agak keras, lalu mendongak, menatap Bible dengan raut wajah datar.
"Apa yang membuatmu berpikir bahwa aku tidak bersenang-senang, Bible?"
"Kau selalu belajar di mana pun, tak pernah tertawa dan ... tidak punya teman."
"Itu memang kesenanganku."
"Nanti malam akan ada perayaan di rumahku. Apa kau mau ikut?"
Biu menggeleng tanpa mempertimbangkannya. "Aku tidak suka mabuk-mabukan," jawabnya tegas.
"Siapa yang mau mabuk-mabukan?"
"Kau dan teman-temanmu. Semua anak fakultas hukum juga sudah tahu bahwa kalian sering melakukannya."
"Apa yang salah dengan itu?"
"Ya itu memang hak mu, hanya saja itu sangat bertentangan dengan citramu yang selalu membahas isu-isu sosial, mengkritik pemerintahan dan ya kau dekat dengan dosen."
Bible tertawa, Biu mengernyit keheranan, tidak ada yang lucu menurutnya, tidak ada yang perlu ditertawakan. "Aku baru menyadari bahwa kau sangat perhatian padaku, Biu."
Biu tidak menanggapi, dia hanya menggeleng pelan sebagai sanggahan bahwa Biu tidak pernah memerhatikan Bible secara istimewa. "Lalu apalagi yang kau tahu tentangku, Biu?"
Biu menoleh, pertanyaan itu seperti tantangan untuknya. "Kau adalah seorang gay, Bible." Biu menatap jauh ke dalam bola mata milik Mahasiswa paling idealis sefakultas hukum.
"Sebenarnya itu bukan masalahnya, yang menjadi masalah adalah kau pernah melecehkan-" Kalimat Biu terpotong, Bible tiba-tiba membekap mulut mungil Biu dengan telapak tangan, bahkan mahasiswa yang terlihat seperti idealis sejati pun mempunyai rahasia terburuk.
.
.
kemarin Lea baru aja mendengar kabar tentang sisi bobrok seorang aktivis mahasiswa di fakultas Lea. Ceritanya sangat seru dan panjang, Lea jadi mendapatkan ide untuk sebuah cerita baru.
Terinspirasi dari kisah nyata, Hahah.