Kepada sinar disana
Aku melihatmu hingga detik ini.
Fajar ku terdapat cahayamu
Senja ku juga berteman sinar darimu
Bahkan, malam ku tidak bisa luput dari percikan sinar mu.
Kau hanya sinar kecil yang tidak bisa mengalahkan matahari, apalagi untuk menerangi bumi dan seisinya.
Tapi kau menyinari ku tanpa henti.
Seakan berkata, "kejar aku." sudah ku bilang bukan bahwa sinar itu terlalu jauh, berlari pun tidak akan sampai. Kau terlalu tinggi.
Aku hanya makhluk biasa.
Bukan manusia dongeng yang sering ada di legenda atau drama, aku hanya manusia.
Sinarmu selalu bersamaku, seakan tidak masalah kalau aku lelah berlari, cahaya itu mengiringku berjalan, kalau pun tidak bisa, percikan sinar itu seakan merangkak bersamaku.
Sinar itu tidak ingin hilang walau aku lelah dengan diriku.
Diriku yang haus menapak gurun berabad-abad menuju dunia yang tidak pernah ku sentuh, fatomorgana ku tenggelam dalam lautan, seakan meneguknya pun tidak akan pernah puas.
Betapa metefora akan euphoria itu menguasai diriku sepenuhnya, ketidakmungkinan itu lah yang membuatku berada di gurun tandus ini.
Tapi Lagi-lagi sinar itu selalu menjadi teman, tidak pernah hilang dan tentunya kau selalu berbisik "Be yourself."
Mungkin aku tidak tahu batas dimana aku berhenti. Sebab cahaya kecil itu berjanji jika bersamanya cahayamu akan terlihat, bahkan menerangi bumi dan seisinya.
Cahayaku bisa menjadi fajar, bersama Senja, dan berteman malam. Cahayaku akan bersinar jikalau bersama sinar kecil itu.
Pada masanya sinar itu mampu membuat bunga mekar pada waktunya.
Ku harap kaki ini tidak pernah lelah pada cahayanya, semoga ada sayap-sayap kecil yang membawaku pada cahaya kecil nan indah itu.
Myself, 2015