Leo_Dominica
Link to CommentCode of ConductWattpad Safety Portal
Setelah menghilang 5 tahun, mari kita coba menulis kembali hehehe
Leo_Dominica
Setelah menghilang 5 tahun, mari kita coba menulis kembali hehehe
shadowalker_15
Masih hidup? :')
Penjejak_Rasa
Hai, jika senggang mari baca cerita ini barangkali suka :) Novel https://www.wattpad.com/story/142317499-berdetak-berakhir-dengan-takdir Puisi https://www.wattpad.com/story/146702270-rasa-dalam-dekapan-aksara Novel https://www.wattpad.com/story/165717710-muara-cinta
MatchaMoccha
Hei Kakak Singa. Siap-siap aku teror ya hahahaha
Lynaynan
Ya ampun haha. Aku lagi galo. Katip tulis begituan lagi dums :3 //ditarik ke jurang//
Leo_Dominica
@Lynaynan wkwkwk belum galoo lagi nih. Giliran kamu aja yang nulis begituan hahaha
•
Reply
acrAB_
Hai Suka cerita misteri? Detektif? Baca cerita aku yuk https://my.w.tt/8QewQBdNfO Vote and coment Thanks
lexaanada
Halo kak salam kenal mampir di work ku yuk :) https://my.w.tt/c8fboPQudO
Leo_Dominica
Kadang kita merasakan sakit karena tidak mampu berkata jujur. Terserangnya hati oleh rasa sakit, itu karena kita memilih memendamnya. Mau bagaimana lagi? Bukankah itu yang terkadang menjadi pilihan terbaik?
Leo_Dominica
@Lynaynan kadang kita gak bisa melampiaskan yang kita mau, dan milih buat mendam meskipun kita tahu kalau mendam masalah itu gak baik
•
Reply
Leo_Dominica
Dari: Leo Dominica Untuk: yang kubenci Dalam benci, aku tahu dengan perasaan sayang ini. Sedalam aku membencinya, sedalam itu juga aku takut kehilangannya. Hadir dari dia membuatku tenang, tapi juga membuat aku ingin berlari. Katanya, benci itu pelarian dari sayang. Aku tidak merasakannya. Aku memang sayang, tapi juga membenci. Bagaimana mungkin itu disamakan? Pekikannya, membuatku tak tahan. Suaranya, membuatku menutup gendang telinga. Pertikaian di antara kami, membuatku semakin menumbuhkan rasa benci. Aku bertanya pada Tuhan, "Mengapa mempertemukan kami?" Ketika pertikaian semakin memanas, aku lelah mengeluarkan air mata. Ketika aku sudah tidak tahan, aku memilih diam. Baginya, diamku itu salah. Semua perbuatanku ternilai salah di matanya. Aku selalu takut dengan teriakannya, aku takut dengan tingkahnya. Aku takut, jika dia di luar kendali. Tidak sadarkah dia? Aku ingin ungkapkan, tapi aku masih sanggup menahannya. Dia tidak pernah tahu, jika kami tidak berbeda. Biarlah kutumbuhkan rasa benci. Aku masih sanggup menahannya. Dia tidak pernah berpikir jika aku menyayanginya. Bagi dia, aku hanya mampu membenci dirinya. (Pulau Kapuk, 18 Juni 2018)