Bagaskara553

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice

redrosessz

          Menurut Denazzaren Malvier Arviendra yang lulus SMA pada usia 15 tahun dan lulus kuliah pada 19 tahun, sekolah adalah tempat untuk menuntut ilmu, bukan tempat untuk melanggar aturan. Karena terlalu cepat menyelesaikan pendidikannya, dan Ayahnya masih belum rela melepas perusahaan untuknya, Arvi mengisi waktu luangnya untuk menjadi guru di Denazza International School, yang berarti sekolah milik Ayahnya. Menjadi guru di usia 19 tahun bukanlah hal yang mudah, ia harus memalsukan namanya dan umurnya agar aman saat mengajar di sekolah tersebut. Tapi saat dihari pertamanya mengajar, sudah ada seseorang yang membuat emosi nya naik dan mendadak membuatnya kehilangan wibawa -nya sebagai guru. 
          
            "Lavettaresca, sebenarnya kamu itu niat sekolah atau tidak? Ke sekolah berpakaian seperti cabe-cabean. Mau jadi apa kamu nanti?"
          
            "Kalau saya gak niat sekolah juga saya gak bakal berdiri disini, Pak. Lagian, Bapak cuma guru Ekonomi, kan? Tugas Bapak ya cuma ngajar Ekonomi. Gak usah nyeramahin saya, itu tugas guru BK!"
          
          Hai, baca kuy cerita rekomen dari aku  yang berjudul "Arvetta", semoga suka.. makasih:)
          
          https://my.w.tt/Fu76VvCIgS