Alvinadusk

Dari dulu sampai sekarang skala priotitas yang disusun Ana dalam hidupnya selalu menempatkan keluarga pada posisi teratas. Sepanjang hidupnya sumber kebahagiaan Ana ada pada keluarganya. Bagi Ana selama keluarganya bahagia maka dia akan lebih bahagia.
          
          Semua berjalan sempurna hingga kebahagiaan yang ada pada keluarganya perlahan diterpa badai kesedihan. Keyakinan yang terbangun berubah menjadi perasaan takut yang tak terbendung. Ana kehilangan arah, jadi ketika membangun keluarga kecil menjadi sebuah solusi. Dia bersikukuh melakukan apapun untuk memastikan hal itu berjalan dengan baik.
          
          Ana menggadaikan kebahagiaan dirinya sendiri. Agar terlihat bahagia, terlihat baik-baik saja, terlihat sebagaimana mestinya.
          
          Mampukah Ana menemukan kebahagiaan untuk dirinya sendiri?
          Bisakah Ana mempertahankan kebahagiaan keluarganya dimulai dari keluarga kecilnya?
          atau justru demi menyelamatkan kebahagiaannya dia melepaskan keluarga kecil yang baru saja dia bina.
          
          Cerita ini tentang Ana Aruna yang harus memikirkan kembali apa arti kebahagiaan baginya. Ana Aruna yang dibuat bertanya-tanya cara memaknai kebahagiaan setelah hadirnya Bagas Wicaksono dalam hidupnya.
          
          Selamat berlayar!!! dalam sebuah bahtera imajinasi milikku dan milikmu. Bersama Ana dan Bagas, ayo kita temani mereka berlayar! Menjadi saksi apakah bahtera itu selamanya menjadi imajinasi? atau akhirnya berlabuh pada kenyataan yang manis.
          
          https://www.wattpad.com/story/311494417-bahtera-imajinasi

suwarniaaarka

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice