MarineCloud

Darah menetes dari ujung jarinya, nampak luka kecil yang berasal dari goresan duri mawar yang sedari tadi dirinya genggam erat. Tidak peduli seberapa dalam duri itu menusuk tangannya, tidak sedikitpun pemuda bermanik perak itu berpikir untuk melepasnya.
          
          "Senjanya indah, ya?" Ia bermonolog, senyuman lebar terukir di wajahnya seakan sedang berbincang dengan langit. Dirinya kemudian menjilat lembut jarinya yang meneteskan darah, memejamkan matanya erat sembari menikmati nostalgia yang muncul dari sensasi itu.
          
          "Mereka manis, sama seperti dirimu. Warna merahnya senantiasa mengingatkanku pada kedua matamu, yang entah kenapa terus saja menghantui pikiranku meskipun kau sudah tidak ada di sini."
          
          Tawa sumbang terdengar dari pemuda itu, sebelum menjatuhkan tangkai mawar tersebut ke dalam sungai. Tetesan darah yang menempel pada batangnya pun segera menyebar, membuat airnya sempat berwarna merah selama beberapa detik.
          
          "Semoga kau tenang di sana, Halilintar. Sayang sekali, kau harus pergi lebih cepat dari dugaanku."

giacin_Arah

@ MarineCloud  (⁠ʘ⁠ᗩ⁠ʘ⁠’⁠)
Reply