Motor bebek biru berhenti di depan pagar besi bercat putih.
Aku mengembalikan helm pada pemuda berseragam putih biru, sang pengemudi motor.
"Makasih ya sudah diantar pulang," ucapku.
"Ya," jawab Zaki.
"Pacarmu enggak marah?"
Zaki mengelus dagu runcingnya, seakan tengah memikirkan hal negara. Lalu bergeleng pelan memberi jawaban yang terkesan tak yakin. "Hmm mungkin enggak."
"Kalau marah bagaimana?"
"Marahnya ke aku."
"Kalau marah ke aku?"
Zaki naik motor, memakai helm. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya, membuatku gemas.
"Ki, kalau marah ke aku bagaimana?"
Zaki memajukan wajah hingga kulit hidung kami hamoir bersenggolan. Dengan senyum menghiasi bibirnya, ia berkata, "Su-ku-rin."
"Nyebelin!" Sontak kuhadiahkan tabokan kencang pada lengannya sambil menggelembung pipi,tanda aku sedang sebal.
Tawanya renyah, seakan menikmati kegusaranku. Dia mencubit pipiku lembut. "Salam buat bundamu."
Anggukanku jadi kode Zaki memacu motor. Aku melambai sampai motor belok, sirna dari pandangan.
Apa yang kami lakukan mungkin aneh. Namun, mau bagaimana lagi, ini lah realita.
Dia sahabatku Zaki, singkatan dari Zainudin Zakariya. Dari TK hingga detik ini kami selalu pulang pergi ke sekolah bersama.
_____
Mampir yuk~
https://www.wattpad.com/story/164263996-honesty-complete