Aku kembali untuk tulisan baru!
Bukan novel, tapi lebih kayak letter memoar. I just wanna write when people can feel it, and reflect on it. Ya aku tahu, walaupun tulisanku masih jauh sekali dari kata sempurna. Tapi yang kuharapkan, semoga tulisan yang ditulis dari hati, dapat tersampaikan juga ke hati yang lain.
Letter ini upnya beda kayak novel. Kalau novel itu kan konstan ya (walau aku ga konsisten ahaha), nah letter ini ga nentu. Jadi bisa dibuka kapan aja, dan ga terikat sama alur. Bacanya juga bisa lompat lompat sesuai judul.
Btw... ada sekitar sebulan yang lalu, pas lagi nugas, aku tiba-tiba teringat scene Aharon naro bunga di padang tafga, di tempat dia nancap belati yang jadi tanda kuburan Flora. Di momen itu, aku tersentak, dan bertanya-tanya, kok bisa aku kepikiran dan merasa familiar pula pada sesuatu yang cuma semata mata berasal dari hayalan ku sendiri.
Akhirnya aku menemukan jawabannya. Bahwa, aku teringat kembali, saat aku nulis adegan itu, aku benar-benar meresapinya, seolah aku sedang berada di dataran tafga juga–Semilir angin sejuk yang menderu deru, langit biru cerah bak hamparan samudra, lalu dataran hijau padang rumput yang ditumbuhi bunga-bunga liar dan sedikit pepohonan. Seolah aku hidup, dan itu nyata bukan khayalan.
Walau itu cerita masih berantakan, but finally aku berhasil hidup di dalamnya .