“Api yang Tak Pernah Padam — Reuni di Bawah Langit Baru”
Pada era kolosal Dinasti Ming, di antara kabut pegunungan yang menjulang bagai dinding langit, hiduplah seorang siluman phoenix yang menyembunyikan identitasnya di tengah manusia.
Dalam kehidupan lamanya, Lin pernah bersumpah di bawah cahaya rembulan:
jika hidup tak memberi mereka waktu, maka ia akan mencarinya di kehidupan berikutnya.
Sebagai phoenix yang tak pernah benar-benar mati, Lin mengingat segalanya—desa yang hancur, luka yang tak sempat dirawat, dan Yue yang tercabut dari pelukannya sebelum ia mampu mengikatkan janji.
Kenangan itu menjadi bara abadi di dadanya, tak pernah padam meski seratus tahun telah berlalu.
Pertemuan di Bawah Cahaya Bulan
Suatu malam, ketika Lin diam-diam menjaga Yue dari kejauhan, kakinya tak sengaja menyenggol ranting.
PRANG.
“Siapa di sana?”
Yue langsung menatap ke arahnya.
Lin melangkah keluar dari kegelapan. “Ini aku… Lin.”
Yue terkejut dan mundur selangkah. Ada ketakutan, ada getaran aneh yang belum ia pahami.
“Tapi… aku tidak mengenalmu.”
Lin menunduk. Suaranya selembut sayap burung malam.
“Kau tidak harus mengenalku.”
“Apakah… kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Yue, sorot matanya bingung namun penuh penasaran.
Lin tahu perbedaan besar antara Yue lalu dan Yue yang sekarang. Ia tidak bisa memaksakan kenangan yang belum kembali. Yang bisa ia lakukan hanyalah berjuang—tanpa menuntut apa pun.
“Jika kehidupan ini tak mengizinkanmu mengingatku,” ucap Lin perlahan, “biarkan aku menjadi cahaya kecil yang menjaga langkahmu.”
Yue memandangnya lama, seolah mencoba menangkap sesuatu yang berkilau jauh di balik mata Lin.
“Kenapa… kau begitu ingin menjaga seseorang yang bahkan tidak mengingatmu?”
Lin tersenyum tipis. Seperti bara yang hampir padam, namun tetap hangat.
“Karena cinta tidak membutuhkan ingatan… untuk tetap setia.”