Dear kakak tertua ku, yang tak satu ayah, yang kebaikannya harus dibalas berkali lipat, yang paling baik dimata ibu dan yang tak pernah salah dan terlihat menyedihkan.
Sudahkah kamu puas menilai kerasku? Sudahkah kamu senang dengan segala ucapan seolah aku yang paling keras kepala? Sudahkah kamu cukup dengan banyaknya keberpihakan semu disekelilingmu?
Kamu selalu bilang aku angkuh, selalu menyebut aku egois dan terus menyebut aku yang paling buruk tingkahnya. Tapi bukankah kamu tidak tahu berapa luka yang aku tahan saat ibu terus membandingkan asal kita yang sama sekali tak aku mau? Bukannya kamu pun tak mengerti bagaimana menjaga perasaan ku yang harus ku sembunyikan dari masih belia?
Kamu hanya tahu kerasku yang ku jadikan tameng untuk menutupi diri, untuk berpura bahwa segalanya baik saja. Dan pelindung itu kamu jadikan bahan celaan jika aku begitu keras dan menyebalkan pada semua orang.
Aku benci itu, aku benci kamu yang seolah mengenalku sebaik itu padahal tidak sama sekali.