sipengkhayal20

Maaf, @Nadialestarisafitri saya izin rekomendasikan karya ini. Mari baca. Jangan lupa like, comment (kita seru-seruan) dan follow akunnya, ya. 
          
          
          Namaku Bella Kasih, sering dipanggil Kasih. Aku sedang menyusun skripsi. Kukira skripsiku akan berjalan lancar setelah Ibu menjodohkanku dengan anak dari kenalannya, yang ternyata adalah dosen pembimbing skripsiku. Pak Kaizar, namanya. Dia … duren. Maksudku, duda keren. Hmm.
          
          Siapa nyana, skripsiku bukannya lancar, tapi malah jadi kacau! Si “Duren” itu mengganti judul skripsiku, di mana aku harus merombaknya dari awal. Bagaimana aku tak stres? Halo … yang akan kuhadapi ini adalah siswa SMA yang nakal, Sister! Sis-wa na-kal! PTBK, lagi. Ingin  aku mencakar wajah dan memaki-maki si “Duren” itu! Eh, bukan “Duren” lagi aku menyebutnya, tapi kuubah sebutannya jadi “Dusek” alias “Duda resek”! 
          
          Skripsiku makin kacau setelah aku berurusan dengan salah seorang siswa yang menjadi subjek penelitianku. Kaelan Dofiri, namanya. Anak kelas dua IPS, usia 17 tahun (Pernah nggak naik kelas, sih, dianya). 
          
          Aku tak tahu apa salahku hingga harus berurusan dengan si “Anak nakal” itu. Sebutan lain yang kusematkan untuknya adalah si “Telinga Caplang”. Aneh? Memang. Kata orang, kalau telinganya caplang itu berarti pintar. Nah, ini si “Anak nakal” di mana letak pintarnya, sih? Pintar ngerusuh, sih, iya.
          
          Setelah kulewati, ada satu hal yang baru kusadari, bahwa ....
          Aku,
          Pak Kaizar,
          Kaelan,
          Skripsiku,
          Ternyata saling berhubungan.
          
          
          
          X: “Aku mohon, ampuni aku. Aku yang salah. Aku udah hancurin semuanya.”
          
          Kasih: “Nggak perlu meminta ampun. Nggak ada yang salah. Kamu nggak salah. Kisah ini tak pernah salah. Anggap saja sekarang kita sedang konseling, di mana aku adalah konselor dan kamu kliennya. Klienku. Seorang klien tak pernah salah di m toata seorang konselor, bukan?”
          
          
          
          https://www.wattpad.com/story/323812454
          
          

susyyy252

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice