Nataaleonasa

Baru juga mulai coba-coba jadi Author, ehh sepuh-sepuh idola malah pindah ke Karyakarsa. Cape ah mending turu

Nataaleonasa

@ cutegirl30_  Tertarik sih, tapi kapan-kapan 
Reply

Nataaleonasa

@ jialuvie  iye iyee makasi'..tapi keknya  aku mulai mager awok"
Reply

Nataaleonasa

@ YuorYou  kapan-kapan deh, soalnya kurang ngerti mekanisme nya
Reply

kaka_pamungkas

fa_girl14

Nawaaapob

Halo kak izin promosi cerita aku di wall percakapan kakak ya terimakasih.
          
          https://www.wattpad.com/story/389009345?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Nawaaapob
          
          Judul: Jendela kaca
          Masih on going
          Karya kedua ku.
          Genre: hmm apa ya? Aku juga bingung pokoknya ada romantis nya. Dan aku bukan tipikal orang yang gampang ngomong kata-kata manis.
          
          Semoga suka

Lu_readmind

Permisi mau Promosi, boleh ya… 	
          ----	
          Kami terbangun karena suara alarm yang terus menerus.
          Aku diam sejenak memperhatikan Davi yang terburu-buru. Aku menyelimuti tubuhku sambil bersandar di kasur. Aku menunggunya mengatakan sesuatu tapi dia seperti tidak mempedulikan keberadaanku "Davi," panggilku akhirnya.  
          Dia menoleh lalu berjalan ke sebelahku untuk mengambil jam tangan dan handphone di nakas. Dia menarik nafas berat ketika mata kami bertemu pandang, caranya melihatku seperti orang putus asa. Aku masih menunggu reaksinya. "Jullie kita nggak pakai pengaman." 
          "Iya.." 
          Dia menelan ludah, menunduk sejenak, matanya memperlihatkan kegelisahan. "Jull. Maafin aku..." 
          Tiba-tiba aku bisa membaca kemana arah pembicaraan kami. Semua yang dimulai dari maaf berakhir mengecewakan!
          "Ini salah banget! Aku harap kamu bisa ngelupain malam ini." Dia menatapku sungguh-sungguh.
          Aku tidak bereaksi.
          "Aku ingin kita sepakat bahwa tidak terjadi apapun di antara kita. Kita cuma menghabiskan malam bersama. Tidak ada rasa di antara kita, benar?" 
          Aku menggigit bibir bawahku, menahan amarah dan air mata yang ingin kutumpahkan detik itu juga. Rasanya ingin berteriak untuk menjawab pertanyaannya tapi dia tidak butuh responku, dia menganggukan kepala singkat lalu berpamitan pergi.  
          Tidak ada rasa diantara kita? Tidak ada? 
          Aku tertawa dingin, tawa itu diiringi oleh air mataku. Bisa-bisanya dia memutuskan sendiri bahwa aku tidak memiliki perasaan apa-apa padanya tanpa bertanya dulu. 
          Lalu bagaimana dengan aku, bagaimana dengan tubuh telanjangku yang ditinggalkan tanpa penghargaan, tanpa maaf, tanpa perbincangan? Aku tidak ada bedanya dengan kondom di tong sampah, habis dipakai dibuang. 
          ————————
          MAAF YA KALO PROMOSINYA KEPANJANGAN PIS ✌️
          https://www.wattpad.com/story/311846801-single-father-number-225