Apalah artinya aku, jika untuk sekedar dianggap ada pun tidak.
Apalah arti hadirku, jika untuk sekedar dianggap bernyawa pun tidak.
Aku mulai mengerti
Aku juga mulai memahami
Bahwa sebenarnya, diriku hanyalah permainan sementaramu saja. Mainan yang kapan saja bisa kau mainkan. Dan kapan saja bisa kau biarkan. Kau tinggalkan aku selagi kau tak membutuhkan, dan kau akan datang padaku disaat kau inginkan.
Seberapa kuat aku bertahan pun aku akan tetap jatuh. Seberapa kuat pun aku mencoba tegar, aku akan tetap tersungkur. Itu menggambarkan betapa dalamnya rasaku untukmu. Rasa yang tak akan pernah kau hargai meski aku telah memberikannya padamu sepenuh hati.
Kenapa?
Kenapa baru sekarang kau buka topengmu? Kenapa tidak sejak dulu saja!
Hahaha... Bodoh! Tentu saja jika kau membukanya sedari dulu kau tak akan pernah mendapat kepuasan untuk melihatku berdarah dan sakit.
Ya, sekarang kau tentu tertawa puas. Puas karena berhasil mengambil hatiku yang semula kututup rapat, ternyata dapat kau hancurkan hanya dalam hitungan hari.
Tertawalah!
Tertawalah atas kebodohanku.
Bila dulu kau sanggup meruntuhkan tembok tinggi yang susah payah kubangun agar ku tak mudah diterjang makhluk berjenis 'laki-laki', maka kini ku juga harus sanggup menutup lubang besar menggangga yang telah kau rancang begitu indah untuku.
'Kehancuran'.
Terimakasih sayang...
Terimakasih untuk semua hal yang tak dapat kujelaskan lagi sakitnya.
Terimakasih untuk semua hal yang tak bisa kugambarkan pedihnya.
"Jika kehadiran seseorang tak pernah dinginkan, bukankah seharusnya dia sadar diri dan pergi? Terimakasih. Terimakasih membuatku mengerti apa arti TIDAK DIANGGAP".