Nasi udah jadi bubur. Hal terbaik yang bisa kita lakukan bukanlah menyesal apalagi mengubah bubur itu jadi nasi, melainkan menambahkan ayam, kuah dan kerupuk.
Jika sesuatu yang bukan kau kehendaki terjadi, jangan terlalu bersedih atau memaksakan kehendak mu sendiri. Cobalah syukuri, atau bahkan memanfaatkan itu sebagai bahan untuk memperbaiki diri.
Misalnya MBG. Kita semua baik itu pendukungnya ataupun pengkritiknya pasti sedikit banyak merasa kecewa karakter program yang seharusnya luar biasa ini malah dilaksanakan dengan ugal ugalan. Keracunan, lauk basi, hingga makanan yang tidak bergizi sama sekali.
Tapi, menyesalinya atau bahkan menghentikannya adalah pilihan yang sulit. Mau bagaimanapun, sudah terlalu banyak orang yang diuntungkan atau bahkan dihidupi dengan progam ini. Mulai dari pengusaha, pekerjaan hingga petani, nelayan dan peternak yang menjadi supplaiyer.
Maka dari itu, saya menawarkan solusi. Bagaimana jika kita membuat progam ini tidak hanya sebagai progam pemenuhan gizi. Melainkan sebagai sebuah program untuk menyerap hasil panen yang berlebih (seperti tomat dan cabai) serta sebagai alat pemerintah untuk mengkampanyekan diversifikasi pangan.
Masyarakat kita terlalu bergantung pada beras yang suplainya bergantung pada pulau Jawa-Bali. Dan juga ketergantungan pada olahan gandum (semisal roti dan mie), padahal gandum tidak tumbuh di Indonesia.
Maka dari itu, saya berpikir bahwa progam ini seharusnya bisa digunakan untuk mempromosikan sumber karbohidrat alternatif selain gandum dan beras. Semisal ubi ubian, sorgum, sagu dan lain sebagainya.