Dia bucin, tapi bukan yang bego-bego banget, yang rela ribut demi idol.
Secara, mereka kenal aja tidak sama dia.
Suka sewajarnya saja, cukup.
"Suamiku!" Nesta mendekap ponselnya. "Kamu tega, selingkuh dari aku. Sakit hatiiii." Monolog sendiri, wajar kalau Lusi sering sebut Nesta aneh.
Viano yang ke dapur untuk isi air hangat ke tumblernya sendiri berjengit heran.
"Santai, yah, kamu!" serunya dari belakang membuat Nesta terkejut.
Nesta menoleh ke sumber suara. Tahu siapa yang datang, dia mencebik kesal. Buyar sudah lamunannya.
"Bapak ada perlu sama saya?"
Viano berdecih. "Coba kamu menyingkir." Telunjuknya gerak-gerak, sudah mirip usir ayam.
Melipir, Nesta menjauh dari pandangan Viano.
"Kalau udah beres satu kerjaan, kerjain yang lain. Jangan main hape, ini kantor!" lanjut marah-marah pas mengisi air panas.
"Pak, kalau lagi deket air panas jangan ngomel, nanti kesiram." Berani Nesta membalas.
Mitos begitu, mana mungkin Viano percaya.
"Kamu kalau bos lagi ngomong jangan jawab!" Memelotot Viano di depan Nesta. "Miskin seumur hidup, tau kamu!"
Link untuk baca lanjutannya, Kak
https://my.w.tt/5qpAEfDhRab